POSTINGAN TERKINI

6/recent/LPM VISI

Resensi Buku Little Women: Perjalanan Gadis-Gadis March

(Cover Buku Little Women/Dok. Berlian Kinanti Sarang Sriti)

 

Judul             : Little Women

Tahun Terbit  : 2025

Penulis        : Louisa May Alcott

Penerbit        : Gramedia Pustaka Utama

Jumlah Halaman    : 378 Halaman

“Tidak ada kemewahan, tetapi ada cinta melimpah di dalam bingkisan-bingkisan kecil itu..”

Lpmvisi.com, Solo — Novel berjudul Little Women mengisahkan kehidupan empat bersaudara perempuan dari Keluarga March yang hidup sederhana. Buku ini juga menggambarkan para gadis March dengan watak yang berbeda-beda, tetapi saling melengkapi satu sama lain dalam setiap perjalanan hidup mereka. Meskipun begitu, mereka menjunjung tinggi rasa cinta dan kepedulian, terutama dalam menghadapi kenyataan bahwa ayahnya menjadi pendeta sukarelawan di masa-masa perang.

Novel karya Louisa May Alcott ini awalnya ditulis dalam Bahasa Inggris, lalu diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Annisa Cinantya dan Widya Kirana. Buku ini diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, merupakan cetakan kesebelas pada tahun 2025. Kisah Little Women juga telah dibuat versi film, beberapa diantaranya yang paling banyak dikenal adalah versi tahun 1994 dan 2019, melibatkan bintang film yang fenomenal, seperti Winona Ryder, Emma Watson, dan Timothee Chalamet, kini keduanya masih bisa ditonton di Netflix.

Karya ini terbit untuk pertama kalinya saat penulis masih berusia 19 tahun, dan pendapatan dari tulisan-tulisannya turut menopang kondisi ekonomi keluarganya. Kisah dalam Little Women terinspirasi dari masa kecil Louisa May Alcott. Selain menulis, ia pernah mengajar, menjadi perawat, dan terlibat dalam berbagai upaya memperjuangkan hak-hak perempuan. Melalui kisah empat saudari perempuan ini, penulis tampak ingin menekankan kebersamaan keluarga dalam lika-liku kehidupan, dengan adanya tantangan yang muncul karena sering muncul perbedaan pola pikir dan sifat seseorang.

Anak-anak Keluarga March terdiri dari Meg, Jo, Beth dan Amy, masing-masing memiliki sifat khas, mulai dari manis dan saleh, pemberani dan mandiri, pendiam dan damai, hingga anggun dan menjaga sikap. Kebaikan hati mereka dipengaruhi oleh orang tua, Mr. March dan Mrs. March atau kerap dipanggil Marmee, serta bantuan Hannah yang dianggap sebagai anggota keluarga.

Meski hidup sederhana, Keluarga March terkenal dermawan dan selalu menolong orang di sekitar mereka. Kisah dimulai dengan kebaikan antar anggota keluarga lewat hadiah Natal, berlanjut membantu Keluarga Hummel, dan terus berlanjut saat mereka berinteraksi dengan Keluarga Laurence, membawa perubahan positif bagi semua pihak.

Dua putri Keluarga March, Meg dan Jo, mengisi hari-hari mereka dengan bekerja, Meg sebagai pengasuh di Keluarga King dan Jo membantu Bibi March. Beth belajar di rumah dengan bimbingan Jo karena sifatnya pemalu, sedangkan Amy pergi ke sekolah dan menghadapi tantangan sehari-hari. Meski selalu menjalani tanggung jawab mereka, kadang timbul rasa tidak adil karena harus bekerja keras dan tidak bebas menggunakan uangnya sendiri.

Laurie, cucu Mr. Laurence yang tinggal dekat Keluarga March, belajar bersama tutornya, Mr. Brooke, meski kadang bersikap nakal. Kakeknya menaruh ekspektasi tinggi agar Laurie menjadi pria yang pantas, tetapi ia tetap sering menginginkan untuk menghabiskan waktunya dengan gadis-gadis March.

Gadis-gadis March mempunyai kebiasaan untuk melakukan sebuah pementasan drama, memainkan sebuah kisah yang ditulis oleh Jo. Mereka bahkan juga memainkannya di malam Natal, yang tidak hanya menghibur diri mereka tetapi juga orang lain, terutama Marmee. Memang hidup mereka serba sederhana, tetapi kehangatan merekalah yang selalu lebih dari cukup. Kebaikan Keluarga March juga hadir bagi Keluarga Hummel, terutama oleh ketulusan hati Beth.

Laurie sebagai anak yatim piatu, dibesarkan oleh kakeknya yang tidak terlalu dekat dengannya secara emosional, tentu merindukan momen-momen kehangatan seperti yang ada di Keluarga March. Pernikahan ayah dan ibunya tidak pernah direstui oleh Mr. Laurence dan mereka telah tiada saat Laurie masih kecil. Mr. Laurence juga menemui suatu momen dimana kerinduannya terobati karena kehadiran Beth dan kemampuannya bermain piano.

Novel Little Women memiliki kelebihan dalam kemampuannya menggambarkan suasana setiap momen dengan sangat detail, sehingga pembaca seolah ikut hadir dalam cerita. Bahasa yang digunakan pun mudah dipahami, membuat alurnya terasa alami. Selain itu, penyisipan bentuk surat di beberapa adegan membantu pembaca memahami emosi dan situasi tokohnya dengan lebih nyata.

Kekurangan dari Little Women terletak pada alurnya yang cenderung lambat dan bisa terasa membosankan di beberapa bagian. Ceritanya sering berfokus pada pergulatan masing-masing gadis March yang awalnya kurang bersyukur, lalu diakhiri dengan kesadaran diri setelah melalui suatu peristiwa. Pola seperti ini berulang, sehingga membuat ceritanya terasa agak monoton. Novel Little Women cocok dibaca oleh semua kalangan, tetapi paling sesuai untuk remaja. Ceritanya mudah dirasakan oleh mereka dan banyak pesan moral yang bermanfaat bagi kehidupan. (Berlian Kinanti Sarang Sriti)

Posting Komentar

0 Komentar