Representasi Kemandirian dan Tekanan Keluarga dalam Film Home Sweet Loan
| (Poster Film Home Sweet Loan / Dok. Internet) |
Judul Film : Home Sweet Loan
Genre : Drama keluarga; drama romantis
Durasi : 112 menit
Sutradara : Sabrina Rochelle Kalangie
Rating : 8.8/10 (IMDb)
Mulai Tayang : 26 September 2024
Lpmvisi.com, Solo — Terdapat harapan positif pada Film Home Sweet Loan karena disutradarai oleh Sabrina Rochelle Kalangie. Sutradara yang sama dengan film Terlalu Tampan, Noktah Merah Perkawinan, dan film-filmnya yang lain. Hal ini tidak lepas dari prestasi yang telah ia ukir, seperti penghargaan Piala Citra sebagai penulis skenario adaptasi terbaik (2022) dan Piala Maya untuk Penyutradaraan Terpilih (2023). Dalam konteks tersebut, Home Sweet Loan menawarkan cerita yang relevan secara sosial, khususnya terkait isu generasi sandwich dan tekanan ekonomi keluarga, meskipun tetap terdapat beberapa catatan kritis.
Harapan yang positif juga ketika mengetahui pemain-pemain di filmnya merupakan aktor dan aktris terkenal di Indonesia. Misalnya, Yunita Siregar sebagai Kaluna, Derby Romero sebagai Danan, Fita Anggraini sebagai Miya, Risty Tagor sebagai Tanish, dan beberapa yang lainnya.
Film Home Sweet Loan menceritakan tentang perjuangan Kaluna, seorang perempuan dari “Sandwich Generation” yang memiliki impian punya rumah sendiri di tengah kerumitan kondisi finansial keluarganya. Ia harus menyeimbangkan antara keinginannya dengan realita yang ia hadapi.
Alur yang digunakan pada film tersebut adalah alur maju, di mana dari awal sampai akhir menggambarkan perjalanan Kaluna dalam mencari rumah impiannya, bersamaan dengan permasalahannya dengan saudara-saudaranya yang menjadi titik balik keputusannya ingin punya rumah sendiri.
Ceritanya bermula ketika Kaluna merasa hanya “menumpang,” padahal berada di rumah keluarganya sendiri. Ini terjadi setelah kakak-kakaknya menikah dan punya anak, tetapi tetap tinggal satu rumah bersama dengannya dan orang tuanya. Sebagai anak bungsu, ia menanggung beban yang cukup berat. Misalnya mengurus rumah dan menanggung biaya seperti token listrik. Bahkan, kamar tidurnya pun digusur untuk dipakai keponakannya hingga ia harus tidur di kamar bekas pembantu. Mulai dari situ, keinginannya untuk membeli rumah semakin kuat.
Kaluna digambarkan sebagai orang yang ketat dalam mengatur keuangan. Hidupnya benar-benar hemat. Setiap hari, ia selalu membawa bekal ketika bekerja. Pemasukan dan pengeluarannya juga dicatat dengan teliti. Semua itu ia lakukan agar uangnya terkumpul dan lekas bisa membeli rumah.
Perjalanannya dalam memiliki rumah impian penuh dengan tantangan. Mulai dari gagal patungan beli rumah karena putus dengan pacarnya, sudah menemukan yang cocok tapi harganya kemahalan, sudah cocok dengan harganya tapi dekat dengan kuburan, lalu menemukan rumah yang harganya miring dan tanahnya luas, tapi ternyata bekas tempat pembunuhan. Hingga akhirnya dia menemukan rumah impiannya dan segalanya seperti dipermudah.
Namun, ia seperti tidak diizinkan untuk berbahagia. Rumah yang ditempatinya beserta keluarganya terancam disita karena kakaknya, Kanendra terkena penipuan saat membeli tanah, padahal sertifikat rumah orang tuanya sudah terlanjur dijadikan jaminan pinjaman online. Akhirnya, kaluna harus merelakan uang tabungannya sejumlah 300 juta untuk membayar pinjaman kakaknya agar orang tuanya tidak kehilangan tempat tinggal.
Film tersebut juga menceritakan tentang perjalanan Kaluna dalam menemukan cinta sejatinya. Danan, sahabatnya di tempat kerja, menjadi semakin dekat dengannya setelah ia menceritakan tentang permasalahan keluarganya. Danan sering membantunya dalam menghadapi masalahnya, misalnya ketika survei rumah dan meminjamkan apartemennya untuk Kaluna ketika ia sedang kabur dari rumah.
Kisah persahabatan yang solid juga disajikan dalam film tersebut. Meskipun Kaluna menderita ketika berada di dalam keluarganya, tetapi ia masih memiliki sahabat yang selalu ada ketika ia butuh bantuan. Namanya Miya, Tanish, dan Danan. Mereka berempat bekerja di kantor yang sama.
Ending yang disajikan cukup plot twist karena pada akhirnya rumah orang tua Kaluna dijual dan uangnya dikembalikan. Namun, bukannya membeli rumah impiannya, ia malah resign dari pekerjaannya dan menyewa kontrakan untuk membuka usaha makanan bersama ibunya.
Kelebihan dari film tersebut yaitu penggambaran karakter Kaluna yang cukup detail, mulai dari kebiasaannya membawa bekal ketika bekerja, sering naik transportasi umum, serta rutinitasnya yang cukup ketat dalam mencatat pengeluaran dan pemasukan, sehingga tampak realistis dan cocok dengan tema filmnya tanpa terkesan dipaksakan. Selain itu, meskipun sebenarnya kisahnya cukup menyedihkan, tetapi tetap diselipkan humor di beberapa kesialannya sehingga suasana hati penonton tidak terlalu nyelekit.
Film tersebut juga mengajarkan bahwa setiap derita, kesedihan, dan air mata yang tercurah, selalu ada akhir melegakan ketika kita menjalaninya dengan ikhlas dan tidak menyerah dengan keadaan.
Sosok kaluna juga menjadi simbol kekuatan di tengah ketidakberdayaan yang dialaminya. Misalnya, ketika ia putus dengan pacarnya (Hansa), ia tidak berlarut-larut dalam kesedihan dan memilih beralih ke hal-hal yang lebih penting.
Original Soundtrack yang digunakan dalam film tersebut menyatu secara alami dan menegaskan suasana di dalamnya secara lembut. Salah satu OST-nya yaitu Kembali Pulang dari Suara Kayu dan Feby Putri. Lagu tersebut menggambarkan suasana hati Kaluna ketika pulang ketika pulang pulang kerja dan kembali ke rumah. Pada moment tersebut tidak ada dialog, tetapi lagu itu berbicara seolah tahu segalanya.
Namun, ada hal minor di film tersebut yang masih kurang. Misalnya tokoh Danan yang karakternya kurang ditampilkan lebih dalam, padahal perannya di hidup Kaluna cukup signifikan. Selain itu, akhir perjalanan cinta Kaluna dengan Danan terlalu cepat sehingga terkesan dipaksakan. (Zulfi)
0 Komentar