POSTINGAN TERKINI

6/recent/LPM VISI

Ketika Jamu Membawa Petaka: Mengupas Film Abadi Nan Jaya

(Poster film Abadi Nan Jaya / Dok. Netflix)

Judul                 : Abadi Nan Jaya

Tanggal rilis       : 23 Oktober 2025

Genre             : Horor / Thriller / Zombie

Sutradara      : Kimo Stamboel

Produser       : Kimo Stamboel, Edwin NAzir

Penulis           : Agasyah Karim, Khalid Kashogi, Kimo Stamboel

Pemeran           : Mikha Tambayong, Eva Celia, Donny Damara, Marthino Lio, Dimas Anggara

Durasi            : 1 jam 57 menit

Bahasa           : Bahasa Indonesia, Jawa

Negara           : Indonesia

Distributor   : Netflix

Lpmvisi.com, Solo – Berlatar di Desa Wanirejo, Yogyakarta, film Abadi Nan Jaya ini bermula dari ambisi Sadimin (Donny Damara), seorang peracik jamu tradisional sekaligus pemilik pabrik Wani Waras, yang terobsesi menciptakan ramuan awet muda bernama “Abadi Nan Jaya.” Di balik kesuksesan usahanya, hubungan Sadimin dengan putrinya, Kenes (Mikha Tambayong), sudah lama retak. Kenes menyimpan luka karena Sadimin berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, Karina (Eva Celia), hingga akhirnya menikahi perempuan tersebut. Sejak saat itu, kepercayaan Kenes terhadap ayahnya runtuh, meski secara ekonomi ia, suaminya, Rudi (Dimas Anggara), serta kakaknya, Bambang (Marthino Lio) masih bergantung pada Sadimin dan pabrik Wani Waras.

Suatu ketika, setelah meminum hasil sampel kiriman laboratorium asal pabrik miliknya. Sadimin mulai merasakan efek luar biasa, yakni perubahan wajahnya yang terlihat lebih muda dari sebelumnya. Hal tersebut membawa keyakinan Sadimin untuk tidak menjual pabrik dan fokus mengembangkan jamu Abadi Nan Jaya itu. Namun, kemanjuran jamu ini tak berlangsung lama. Tanpa ia sadari, efek samping dari jamu yang dikonsumsinya perlahan-lahan mulai muncul ditengah-tengah perseteruannya dengan putrinya, Kenes yang mendesak Sadimin untuk menjual Pabrik Wani Waras miliknya.

Dalam kondisi fisik yang mulai berubah dan emosi yang memuncak, Sadimin tiba-tiba menyerang Pardi, salah satu pembantu di rumahnya, lalu menggigitnya. Tak berhenti di situ, tubuh Sadimin kemudian bereaksi semakin parah hingga ia memuntahkan darah ke arah sopir pribadinya, Aris. Momen inilah yang menjadi titik awal penyebaran infeksi, gigitan pada Pardi dan percikan darah ke sopir pribadi yang menjadi pemicu rantai kejadian tragis yang mengubah Desa Wanirejo dari tempat yang tenang menjadi kawasan penuh teror.

Infeksi itu mulai menunjukkan dampaknya ketika sang sopir, yang awalnya diperintah Rudi untuk memanggil polisi, justru kehilangan kendali atas tubuhnya setelah terpapar darah tersebut. Dalam kondisi setengah berubah, Aris melaju tidak stabil dengan mobil dan akhirnya menabrak mobil yang terparkir di dekat rumah Pak Lurah yang saat itu sedang menggelar acara syukuran bersama warga. Kepanikan memuncak ketika pintu mobil dibuka dan Aris langsung menyerang warga, menggigit siapa pun yang berada dalam jangkauan. Dalam hitungan menit, suasana syukuran berubah menjadi kekacauan total, dan infeksi pun menyebar cepat ke seluruh desa melalui serangan brutal dari Aris.

Sementara itu, perubahan Sadimin semakin memburuk. Tubuhnya sepenuhnya dikuasai efek sampel jamu “Abadi Nan Jaya,” hingga membuatnya tak lagi mengenali keluarga maupun pekerjanya. Sadimin pada akhirnya diakhiri oleh putranya, Bambang, yang tanpa sengaja menembak ayahnya. Kejadian itu menjadi pukulan emosional bagi seluruh keluarga. Namun justru dari tragedi inilah perjalanan baru antara Bambang, Rudi, Kenes, Karina dan Raihan (anak Rudi dan Kenes) dimulai—perjalanan bertahan hidup di tengah kepungan zombie yang lahir dari ambisi manusia.

Salah satu kelebihan film ini adalah akting para pemainnya. Mikha Tambayong tampil kuat dengan emosi yang terasa nyata. Efek rias zombie juga dibuat sangat detail sehingga terlihat menyeramkan dan meyakinkan. Suasana pedesaan yang gelap dan berkabut menambah kesan horor, membuat setiap adegan penuh ketegangan. Cerita yang menggabungkan drama keluarga dan serangan zombie membuat film ini punya nilai lebih dibanding film horor biasanya.

Meski cukup solid, beberapa bagian cerita terasa terlalu cepat sehingga konflik keluarga yang seharusnya bisa digali lebih dalam menjadi kurang terasa. Beberapa adegan aksi juga tampak berulang sehingga sedikit mengurangi ketegangan di beberapa bagian. Beberapa tokoh pendukung juga kurang mendapatkan porsi cerita yang cukup.

Film ini memakai gaya visual yang gelap dan intens. Dialognya sederhana dan tidak berbelit, sesuai dengan suasana pedesaan Jawa. Alurnya bergerak cepat, dengan perpaduan antara adegan kejar-kejaran, drama keluarga, dan momen tenang yang memberi ruang bagi penonton untuk memahami perasaan para tokohnya.

Yang membuat film ini berbeda dari kebanyakan film zombie adalah pesan moral yang disisipkan. “Abadi” yang dicari Sadimin pada akhirnya menjerumuskan dirinya dan orang-orang di sekitarnya. Film ini mengingatkan bahwa ambisi yang tidak terkontrol dapat membawa kehancuran. Di sisi lain, Kenes menggambarkan keberanian seseorang yang berusaha menghadapi trauma masa lalu demi masa depan yang lebih baik. Perpaduan tema keluarga dan horor membuat film ini memiliki daya tarik universal: menakutkan, emosional, sekaligus relevan.

Secara keseluruhan, Abadi Nan Jaya adalah film horor Indonesia yang layak diterima publik luas. Film ini bukan hanya menampilkan zombie yang brutal, tetapi juga menghadirkan kisah keluarga yang menyentuh dan penuh konflik. Dengan akting kuat dari para pemain, visual mencekam, serta narasi yang padat, film ini menjadi pilihan menarik bagi penonton yang mencari horor dengan kedalaman cerita. Untuk kamu yang menyukai film zombie dengan sentuhan emosional, Abadi Nan Jaya wajib masuk daftar tontonan. (Khairunnisa)

Posting Komentar

0 Komentar