POSTINGAN TERKINI

6/recent/LPM VISI

Festival Film 2025 Hadirkan Tawa dan Makna Lewat “Hari-Hari Komedi”

 

(Penayangan Layar Nostalgia di Solo Film Festival, Sabtu (25/10/2025) / Dok. Christy)

Lpmvisi. com, Solo — Setelah vakum selama tiga tahun, Solo Film Festival (SFF) kembali menyapa publik pada 25–26 Oktober 2025 di Balai Pangenggar, Taman Balekambang, Surakarta. Festival ini mengusung tema “Hari-Hari Komedi” untuk mengajak penonton menyelami makna di balik tawa dan momen-momen sederhana yang sering terlewat dalam kehidupan sehari-hari. Di tengah dinamika kota Solo yang sarat budaya, kehadiran festival ini menjadi momentum yang ditunggu-tunggu banyak kalangan, terutama para pegiat film lokal.

    Tahun 2025 menjadi babak baru bagi SFF. Festival ini bukan sekadar kembali hadir sebagai ajang pemutaran film, melainkan platform kolaborasi yang jauh lebih matang. Solo Film Festival 2025 merupakan kolaborasi apik antara Forum Film Solo (Forfis) dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta. Komunitas yang selama ini menjadi ruang berkumpul sineas, penulis, hingga aktor lokal tersebut baru resmi terbentuk pada awal Oktober 2025. Kembalinya SFF tahun ini merupakan momentum penting bagi ekosistem perfilman di Kota Solo. 

     Tema “Hari-Hari Komedi” dipilih bukan tanpa alasan. Komedi sebagai salah satu genre film yang paling dekat dengan kehidupan masyarakat, dianggap mampu menjadi jembatan emosional bagi penonton dengan berbagai latar belakang. Melalui tema ini, SFF 2025 ingin mengingatkan bahwa humor tidak hanya menjadi pemecah ketegangan, tetapi juga jendela untuk memahami problematika hidup secara lebih ringan dan manusiawi. Festival ini berupaya menghadirkan ruang bagi penonton agar dapat merasakan kembali kebahagiaan sederhana yang sering terlewat. 

     Tak hanya menawarkan tontonan, berbagai kegiatan interaktif juga dihadirkan bagi para peserta. Hari pertama dibuka dengan Forum Komunitas yang dapat diikuti masyarakat umum dan komunitas film, dilanjutkan dengan Layar Nostalgia yang menayangkan film-film komedi klasik. Adapun program pemutaran utama bertajuk Layar Komedi Kakap menampilkan delapan film terbaik hasil kurasi ketat sekitar 80 hingga 100 film submisi, salah satu karya asal Solo yang terbaik berjudul Sehidup Sehewan. Proses seleksi dan penilaian dilakukan langsung oleh dua kurator nasional, Fanny Chotimah dan Arum Setiadi. 

     Berbagai kegiatan nonpemutaran juga dihadirkan untuk menambah semarak Festival Film Solo 2025. Di antaranya adalah sharing session bersama sutradara nasional Jeihad Angga, stand-up comedy oleh Arum Mudup, serta Music Showcase yang menampilkan musisi dengan nuansa humor dan musik khas Solo. Pertunjukan music ini memperkuat suasana festival yang santai, akrab, dan dekat dengan kultur kota Solo yang ramah dan penuh kreativitas. 

     Tahun ini, partisipasi sineas muda cukup signifikan. Banyak panitia dan peserta berasal dari komunitas film kampus di Solo, seperti komunitas film mahasiswa UNS, ISI Surakarta, UNISRI, dan perguruan tinggi lainnya. Kehadiran mereka menunjukkan bahwa regenerasi sineas lokal terjadi secara natural dan penuh semangat. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa terbatasnya anggaran menjadi salah satu tantangan utama dalam penyelenggaraan festival ini. Panitia harus bekerja keras untuk mengoptimalkan sumber daya yang tersedia agar festival dapat berjalan dengan maksimal. 

     Salah seorang panitia, Muhammad Fuad, berharap festival ini tidak menghadirkan hiburan semata, tetapi juga dapat memberi ruang refleksi bagi penonton untuk menemukan makna di balik tawa yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, tawa adalah bagian penting dari kehidupan yang sering kali terlupakan. 

     “Kita hidup tentu tidak lepas dari yang namanya masalah. Makannya harapan saya, semoga setelah teman-teman menonton acara komedi di sini, mereka bisa datang duduk dengan tawa dan pulang dengan bahagia,” ujar Fuad. Ia menambahkan bahwa besar harapan panitia agar gelaran ini mampu menghidupkan kembali ekosistem perfilman di Solo dan mendorong karya lokal menembus kancah internasional. 

     Solo Festival Film 2025 menjadi penanda kebangkitan perfilman di Kota Bengawan sekaligus menegaskan kembali citra Solo sebagai kota budaya yang tidak hanya kaya sejarah, tetapi juga penuh kreativitas dan energi baru. Dalam dua hari gelarannya, festival ini berhasil menghadirkan tawa, inspirasi, dan ruang pertemuan bagi individu maupun komunitas pecinta film. Lebih dari itu, SFF 2025 membuktikan bahwa Kota Solo memilikipotensi besar untuk terus bersinar dalam dunia sinema, menghadirkan cerita-cerita yang menyentuh hati dan merayakan kehidupan melalui gelombang tawa yang hangat. (Elizabeth Christy)

Posting Komentar

0 Komentar