Lpmvisi.com, Solo — Kine Gelar Layar kembali hadir dengan Vol #3 yang membawakan tema ‘Where Story Begins’. Tema yang diangkat ini membahas bagaimana kehidupan manusia bertumbuh dan memperoleh makna dari benda yang dekat dengan kehidupan. Kine Gelar Layar kali ini sukses dilaksanakan pada Jumat (26/09) di Hutan FISIP UNS. Terdapat empat buah film pendek karya anak bangsa yang dibawakan pada acara kali ini, yaitu Begog, Payung Dara, Memori Air, dan satu film hasil produksi KINE KLUB FISIP UNS, Sajian Perpisahan Terakhir. Ketika pemutaran film selesai, dilakukan juga sesi diskusi yang mengupas seluk-beluk film secara mendalam.(Poster event Kine Gelar Layar Vol #3 / Dok. Kine Klub FISIP UNS)
Tak hanya pemutaran film, event kali ini juga menghadirkan sejumlah speaker yang terlibat langsung dalam proses pembuatan film yang disajikan, seperti Muhammad Rafi Alfariza (produser film Begog), Fanny Chotimah (produser film Payung Dara), Imam Syafi’i (sutradara film Memori Air), dan Irwansyah Krisnanjaya (sutradara film Sajian Perpisahan Terakhir). Keempat narasumber membagikan makna film yang mereka produksi dan kisah bagaimana film-film tersebut tercipta. Tidak hanya itu, para speaker juga sempat membagikan kisah suka dan duka dalam proses penggarapan film, serta kalimat penyemangat kepada para peserta yang juga ingin berkarya lewat sinematografi.
(Suasana diskusi film dengan pembicara / Dok. Alya) |
Melalui sesi diskusi, para pembicara menyampaikan inspirasi serta kisah ataupun makna dibalik film mereka. “Kita membawa isu perdukunan karena di Indonesia, apalagi di pelosok, masih banyak praktek perdukunan yang berkaitan dengan makhluk halus. ‘Kan di luar akal sehat manusia, kenapa kita meminta dan berharap ke sesama manusia, ‘kan tidak masuk akal. Inspirasinya dari desa tempat eyang saya dulu tinggal, jadi ya memang begitu kenyataannya yang terjadi,” ungkap Rafi ketika ditanyai mengenai kisah di balik film Begog. Fanny juga menyampaikan makna dibalik film Payung Dara yang berfokus pada isu di sekitar kita, tetapi kurang diberi perhatian. “Payung Dara itu soal pertumbuhan remaja, pubertas, pelecehan seksual, dan organ reproduksi perempuan yang sering tidak diajarkan di sekolah,” jelasnya.
Selain itu, dalam film Memori Air, Imam menceritakan bahwa kisah tersebut berdasarkan kisah nyata yang terjadi di keluarganya. “Misi dari film (ini), meng-capture kedukaan dan trauma. Filmnya capture keluarga saya, ketika kakak saya dipanggil duluan oleh Tuhan, tapi mau melihat perspektif yang lain, kayak, bagaimana temannya yang menjadi tersangka ditekan padahal kejadian aslinya beda,” papar Imam. Selanjutnya pada sesi diskusi, diceritakan juga makna yang ingin disampaikan dalam film Sajian Perpisahan Terakhir, produksinya KINE KLUB. “Film ini mengangkat sajak perpisahan terakhir, hubungan ibu dan anak yang juga menyoroti tentang pelanggaran oknum keberangkatan TKI. Sampai saat ini masih terjadi, yang jadi sasaran ya masyarakat pedesaan. Kisahnya sama, diiming-imingi uang banyak di luar negeri, tapi berakhir nahas,” terang Krisna.
Event ini mendapatkan antusiasme luar biasa dari para penonton, termasuk dari umum maupun mahasiswa FISIP UNS sendiri. Rara (19), mahasiswi Hubungan Internasional UNS, menceritakan kesannya ketika mengikuti Kine Gelar Layar. “Jadi lebih bisa apresiasi karya anak bangsa, terutama karya dari anak UNS. Nggak kalah bagus dengan film luar yang ditonton karena relate dengan kehidupan sehari-hari,” komentarnya. Mahasiswa Hubungan Internasional lainnya, Wima (20), yang juga merupakan staf Humas dari Kine Gelar Layar menyampaikan pendapatnya mengenai acara tersebut. “Setelah melihat jadi menambah insight perihal perfilman, menyentuh hati, dan belajar banyak kalau dibalik film yang bagus ternyata ada kru yang hebat,” ucap Wima.
Muhammad Luqman Hakim (19), ketua pelaksana dari Kine Gelar Layar Vol #3, juga menyampaikan kesan dan pesannya baik ketika acara berlangsung maupun dalam proses menuju acara. “Saya cukup bangga dengan tim di mana mereka sangat solid dan saling bekerja sama dalam menyukseskan acara ini dan juga tidak menyangka akan seramai ini. Saya harap dari film yang ditayangkan di KGL akan bisa memberikan kenangan yang berarti, mulai dari rasa sedih, rasa takut, rindu. Saya harap itu merasuki hati seperti yang diharapkan para sutradara,” ujarnya ketika ditanyai oleh LPM VISI. (Alya, Ela)
0 Komentar