POSTINGAN TERKINI

6/recent/LPM VISI

Pasar Buku dan Majalah Kota Surakarta: Diam-diam Bertahan Walau Bergelut dengan Perkembangan Zaman


(Pengunjung berburu buku di Pasar Buku dan Majalah Alun-Alun Lor Surakarta guna  menjaga eksistensi di tengah perkembangan zaman. (26/04/2025) / Dok. Yunita) 


         Di tengah perkembangan teknologi digital yang pesat, masih terdapat sebuah ruang sunyi sebagai jantung literasi di tengah kota Surakarta. Pasar Buku dan Majalah yang terletak di sebelah Alun-Alun Lor Keraton Surakarta menjadi saksi bisu perjalanan panjang dunia baca-tulis yang tetap bertahan. Namun, masihkah pasar buku dan majalah ini memiliki nilai eksistensi di tengah dominasi gawai dan informasi digital? Pasar buku dan majalah di dekat Alun-Alun Lor Surakarta kini menjadi wajah dari keteguhan dan kesetiaan pada budaya baca. Meski tak seramai era 90-an dan awal 2000-an, sejumlah penjual tetap membuka lapak setiap hari, menyuguhkan berbagai pilihan bacaan untuk pelajar, mahasiswa, hingga pecinta literasi.

        Ibu Sri Winarti (60) misalnya, ia aalah satu dari para penjual buku dan majalah yang sudah memulai berjualan sejak tahun 1986. Dilatarbelakangi oleh kondisi keluarga, ia ingin mencari pendapatan sambil mengurus 2 anaknya. Ia menawarkan berbagai jenis buku yakni komik, novel, spiritual, sejarah, mata pelajaran, mata kuliah dan lainnya. Buku-buku karya Tere Liye dan Pramoedya Ananta Toer menjadi daya tarik pembeli, yang sebagian besar berasal dari kalangan mahasiswa dan orang dewasa. Tantangan yang dihadapi yakni banyak buku-buku lama yang sulit ditemukan justru malah banyak dicari dan banyak peminatnya. 

Hal yang mengejutkan bahwa pengunjung pasar buku dan majalah di Kota Surakarta justru biasanya adalah mahasiswa dari luar Kota Surakarta, seperti mahasiswa dari daerah Yogyakarta. Salah satu faktornya dikarenakan mahasiswa di Kota Surakarta masih kurang minatnya dalam berkunjung dan membeli buku di pasar buku dan majalah. Padahal, kondisi buku yang disediakan tidak kalah bagus seperti buku yang dijual di toko-toko besar dan terdapat pula buku yang baru diproduksi dengan harga yang sangat terjangkau. Bu Sri mendapatkan buku-buku yang ia jual dari para pemasok dan menerima penawaran penjual buku dari daerah lain yang didistribusikan dengan mobil.


Terdapat hal yang sangat disayangkan di mana keberadaan pasar buku dan majalah ini kurang mendapat perhatian semenjak tragedi Covid-19 melanda pada tahun 2020. Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada masa Covid-19 membuat berkurangnya aktivitas masyarakat di luar rumah. Hal ini memberi pengaruh pula pada pasar buku dan majalah yang pengunjung serta eksistensinya berkurang. Lokasi yang cukup tersembunyi tidak terlalu terlihat oleh publik, di jalan satu arah, serta fasilitas yang kurang memadai membuat pasar buku dan majalah jarang didatangi pengunjung. Kepentingan yang dilakukan oleh pengunjung pun ada yang sepenuhnya tidak untuk membeli, tetapi juga untuk keperluan konten dan membaca buku di tempat.


Pasar Buku dan Majalah ini dibangun dan dikelola oleh pihak Keraton Surakarta karena lokasinya masih satu ruang lingkup dengan wilayah keraton. Mayoritas penjual di pasar buku dan majalah sudah berusia lanjut, dan jam operasionalnya dari pukul 8 pagi hingga waktu maghrib setempat. Di antara tumpukan buku dan lapak yang terbuat dari kayu yang sudah mulai menua, pasar buku dan majalah ini masih menyimpan napas lama yang tidak boleh hilang. Tempat ini bukan hanya sekedar ruang jual beli buku dan majalah, tetapi juga sebagai ruang kenangan, ruang belajar, dan ruang harapan untuk generasi masa depan.


Harapan untuk tetap hidup masih ada di pasar buku dan majalah Kota Surakarta ini. Banyak pengunjung yang masih turut berkontribusi dalam meningkatkan eksistensi keberadaan pasar buku dan majalah ini dengan membuat konten di media sosial seperti TikTok. Umpan balik yang didapat dari konten tersebut yang menjadi viral dapat meningkatkan jumlah pengunjung yang datang setiap harinya. Konten tersebut juga menjadi langkah awal pengenalan pasar buku dan majalah yang sebelumnya telah redup bahkan hampir tidak diketahui oleh masyarakat Kota Surakarta sendiri menjadi tempat yang dikenal banyak orang bahkan sampai ke masyarakat luar Kota Surakarta. 


Generasi muda khususnya mahasiswa perlu meluangkan waktu untuk mengunjungi tempat ini, merasakan sentuhan halaman-halaman bersejarah, dan menghirup aroma kertas tua yang menyimpan ribuan kisah. Melestarikan tempat ini bukan sekadar nostalgia, melainkan upaya nyata menjaga akses pada pengetahuan yang terjangkau bagi semua kalangan. Semoga pasar buku ini tetap bertahan, sebagai saksi bisu perjalanan intelektual bangsa, dan terus menginspirasi generasi mendatang untuk mencintai literasi dalam bentuknya yang paling murni. (Alifah, Dwiki, Kahfi, Nathalia, Tania, Yunita)


Posting Komentar

0 Komentar