Jumat, 24 Juni 2022

Menilik Kisah yang Tak Tuntas Melalui Buku Leila S. Chudori

Judul  : Laut Bercerita | Penulis  : Leila S. Chudori |Penerbit   : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Jakarta | Halaman  : 379 halaman | ISBN : 978-602-424-694-5

(Dok. Internet)

 

Oleh: Yesyka Wahyu Leonyta

“Kepada mereka yang dihilangkan dan tetap hidup selamanya”


         Begitulah kalimat pertama pembuka buku karya Leila S. Chudori ini. Laut bercerita, selaras dengan judul tersebut buku ini diawali oleh Biru Laut Wibisono yang menceritakan perjalanan hidup yang telah ia alami. Perjalanan hidup di mana ia bersama kawan-kawannya dan beberapa aktivis lain yang berjuang melawan kekejaman rezim saat itu. Keadaan yang mengharuskan kebebasan berpendapat dibungkam, tidak menjadikan para mahasiswa dan aktivis berdiam diri. Bermula dari sebuah rumah kontrakan di Seyegan, Yogyakarta, mereka melangsungkan pertemuan tersembunyi untuk berdiskusi melakukan aksi. 


         Pada masa itu, membaca karya sastra radikal pun dianggap memicu kekacauan politik dan perkumpulan massa dicurigai sebagai aksi memusuhi pemerintah. Laut dan kawan-kawannya memilih untuk memperjuangkan keadilan, meskipun resikonya adalah nyawa. Mereka diculik, disiksa, diinterogasi tanpa tahu keberadaan mereka dan apakah hari sudah berganti atau belum. 


         Keberuntungan dialami oleh mereka yang dipulangkan meskipun tanpa alasan yang jelas. Namun, trauma mendalam dialami oleh Asmara Jati, adik perempuan Biru Laut yang terus mencari jejak kakaknya yang hilang. Dari situlah, keluarga korban penculikan melangsungkan kamisan (sebuah aksi yang dilakukan setiap hari Kamis di depan Istana Negara yang dilakukan oleh korban pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia) untuk menuntut keadilan yang tak berujung.


         Novel ini membuat pembaca mengenang sejarah yang tidak diajarkan di Sekolah. Meskipun novel ini bergenre fiksi, tetapi cerita ini ditulis melalui riset yang mendalam. Penulis melakukan wawancara terhadap korban penculikan yang dipulangkan dan juga keluarga korban yang dihilangkan, sehingga dapat mendalami karakter tokoh. Namun, dalam buku ini terdapat beberapa dialog menggunakan bahasa jawa yang mungkin saja sulit dipahami oleh beberapa orang.



SHARE THIS

0 Comments: