Minggu, 03 Oktober 2021

BEM FISIP UNS Ajak Mahasiswa Wujudkan Demokrasi di Era Digital

 

Materi yang disampaikan oleh Gloria Fransisca dalam diskusi yang diselenggarakan oleh BEM FISIP UNS (Dok.Disti)

Lpmvisi.com, Solo - Badan Eksekutif Mahasiswa, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret (BEM FISIP UNS) mengajak mahasiswa untuk mewujudkan demokrasi di era digital. Ajakan tersebut disampaikan melalui diskusi isu strategis dengan tema Kontroversi Kebebasan Berekspresi : Pembatasan Aktivisme Konvensional Hingga di Ruang Digital pada Rabu (29/09/2021).

Diskusi kali ini menghadirkan Dosen FISIP UNS, Rezza Dian Akbar dan Perwakilan Aliansi Jurnalis Independen, Gloria Fransisca sebagai pembicara.

Dalam pemaparannya, Rezza, menjelaskan bagaimana demokrasi seharusnya berjalan dan merefleksikan pada keadaan Indonesia saat ini. 

“Demokrasi itu kedaulatan yang eksis atau dipegang oleh rakyat. By people,” ujar Rezza.

Rezza menegaskan esensi demokrasi adalah ketika rakyat diberi kebebasan berpendapat atau berekspresi dalam bentuk apapun. Menurutnya, kritik merupakan control mechanism dan dijamin oleh undang-undang.  Karena itu, negara tidak boleh menindak siapapun hanya karena itu dianggap mengganggu.

“Kritik itu bentuk control mechanism, dijamin undang-undang. Rakyat bebas berpendapat atau berekspresi dan negara tidak bisa menindak hanya karena dia nggak comfortable,” sambung Rezza.

Menyoal sikap negara yang represif, Rezza mengatakan sikap tersebut tidak dapat dibenarkan karena akan membuat rakyat takut untuk bersuara dan merasa terancam. Rezza menganggap reaksi pemerintah belakangan ini tidak demokratis dan mengancam demokrasi di Indonesia. 

Selain dari sudut pandang akademisi, diskusi kali ini juga membahas demokrasi dari sudut pandang jurnalisme. Gloria Fransisca dari Aliansi Jurnalis Independen mengatakan kekerasan terhadap wartawan pada tahun 2020 naik dan menjadi yang tertinggi. 

Tak hanya kekerasan terhadap wartawan, di era digital saat ini media dihadapkan pada media lain yang menyajikan informasi yang tidak kredibel. Masyarakat yang hanya bermodal “click and share” tanpa membaca keseluruhan isi berita, dan perlombaan kuantitas berita, bukan pada kualitas. Gloria menambahkan, perubahan model bisnis media juga menjadi tantangan tersendiri pada era digital.

“Media saat ini mengejar kuantitas, bukan kualitas. Siapa yang paling cepat dan banyak memproduksi berita. Karena hal tersebut, media memberitakan hal-hal yang sama sekali tidak penting dan tidak memiliki nilai berita,” beber Gloria.

Gloria menginginkan masyarakat untuk memiliki sikap skeptis dan menjadi konsumen cerdas agar demokrasi yang bergizi bisa terwujud.

“Kita harus skeptis dan jadi konsumen cerdas. Ini penting karena dengan skeptis, kita tidak akan buru-buru menyebarkan berita. Dan juga, kami mengharapkan kritik dari masyarakat terhadap berita, bukan jurnalis sebagai individu,” pungkas Gloria. (Disti)

SHARE THIS

0 Comments: