Minggu, 24 November 2019

Pesta yang Tak Akan Pernah Usai

Judul: Deleilah Tak Ingin Pulang dari PestaPenulis: Puthut EA  | Penerbit: Insist Pers | Cetakan: Pertama, Maret 2009 | Halaman: 125 halaman  | ISBN : 9786028384193
(Dok. Internet)
oleh: Rachma Dania 

Waria, ingatan, pesta, menjadi sebuah pertautan. Tiga hal yang saling berpagutan. Mosaik yang melengkapi sebuah dunia yang terus menerus menagih pengakuan.

Buku ini merupakan buku naskah drama dimana terdapat dua judul di dalamnya yakni “Deleilah Tak Ingin Pulang dari Pesta” yang bercerita tentang pangung kehidupan waria yang terangkum dari tokoh-tokonya. Sedangkan “Jam 9 Kita Bertemu” menceritakan tentang kisah cinta segitiga yang bisa jadi memang lebih rumit daripada romantisme kisah cinta segitiga biasa.
Deleilah Tak Ingin Pulang dari Pesta

Nyatanya hidup memang kerap diasumsikan sebagai panggung dan pesta. Semua orang terkadang dituntut untuk selalu baik-baik saja di depan namun harus berkubang dalam lumpur permasalahannya di belakang. Begitu pula yang ingin Puthut EA sampaikan, kehidupan waria dalam pesta yang tak pernah usai.

Bertokohkan Rosiana, Happy, dan Luna “Deleilah Tak Ingin Pulang dari Pesta” menceritakan tentang kisah ketiganya yang dulu pernah menjadi cebongan, yakni pelacur dalam kamus waria. Akan tetapi dengan kelebihan yang mereka miliki yakni wajah yang lebih cantik dan suara yang memikat dan banyak faktor lainnya membawa mereka ke panggung hiburan malam yakni Metro Nire Club kelab malam yang paling terkenal di Kota.

Di dalam Group yang bernama Deleilah mereka mencoba untuk mengekspresikan diri dengan identitas waria setelah sebelumnya nyebong. Eksistensi mereka sebagai penghibur kian melesat dan juga membawa keuntungan bagi Metro sendiri. Dimanajeri oleh Dedi Deleilah memiliki jadwal manggung seminggu sekali, tak melulu sebagai penghibur mereka juga memiliki kesibukan, permasalahan, dan panggungnya masing-masing.

Rosiana digambarkan sebagai seorang waria yang kecil, lincah, mungil, dan periang akan tetapi dibayangi dengan kekhawatirannya terhadap umurnya yang kian menua. Luna yang memiliki sifat ambisius terhadap dunia hiburan. Serta Happy yang seolah merangkum kisah klasik dunia hiburan yakni entertainer yang tertarik di dunia politik serta hidup di dalamnya, dirinya tertarik terhadap isu kesetaraan waria.

Puthut berusaha menggambarkan kehidupan ketiga waria ini kedalam 3 panggung. Panggung pertama menceritakan tengang semua pesta kolosal akan digelar dimana Deleikah mendapatkan pengakuan. Panggung kedua yakni hulu dan muara bagi Deleilah sebagai waria tempat cebongan dan interaksi antar waria, serta lintas pedagang. Selanjutnya Panggung ketiga dimana kisah personal Deleilah diceritakan beserta alasan dibaliknya.

Tak hanya berhenti disitu konflik lain juga turut bermunculan seperti kabar Metro yang akan ditutup serta baluran cinta tak terbalas yakni Happy dan Luna yang jatuh cinta kepada Dedi namun Dedi malah mencintai Rosiana yang sedang gundah terhadap karier dan juga umurrnya. Semakin lama eksistensi  Deleilah seolah mengabur oleh masalah personal tiap anggotanya yang semakin berkembang. Pesta Deleilah terancam usai dan mereka terancam harus pulang dari pesta.

Dalam penyampaian cerita keputusan baik bagi Puthut untuk menyampaikan konsepsinya di awal  mengenai waria yang berbeda dengan gay, lesbian, dan transgender. Ia mengungkapkan bahwa dalam kehidupan tidak ada sesuatu yang hitam sejati maupun putih sejati selalu ada tingkatannya dan selalu ada kemungkinan muncul warna lain yakni abu-abu. Pada saat itulah pandangan waria dan konsepnya di dalam masyarakat umum terbentuk.

Dalam bukunya yang berbentuk naskah ini tiap pembaca dapat merasakan sudut pandang setiap tokohnya dan segala keresahan yang juga tokoh rasakan sebagai seorang waria dan segala permasakahannya. Pembaca dibawa ke dalam masa lalu dan mendapati istilah “dimana pada asap pasti ada api” dari ketiga tokoh yang bertahan dengan identitas baru mereka.

Pembaca juga turut dibawa ke dalam dunia waria mulai dari yang gemerlapan yang penuh pesta hingga dunia sebaliknya saat mereka pulang. Oleh karena itu ketiga tokoh bagaimanapun caranya tak ingin pulang dari pesta karena dalam pesta mereka mendapat pengakuan ajan tetapi ketika pulang mereka hanya akan kembali ke dalam bilik hitam kesendiriran dengan masalah dan masa lalu yang membayanginya.

Bahasanya cukup mudah dipahami dan semakin hidup karena banyak istilah waria yang tentunya tidak ada di KBBI maupun diajarkan di sekolah-sekolah. pembaca diajak untuk memahami kehidupan waria beserta pemikiran-pemikiran mereka yang sebenarnya sama saja dengan manusia biasa hanya latar belakangnya yang lebih istimewa.

Jam 9 Kita Bertemu

Setelah kita membaca   Deleilah yang dibumbui sedikit romansa kisah cinta segi tiga kini pembaca diajak untuk membaca kisah cinta segi tiga sebagai konflik utama. Berkisah tentang Kenes, Doni dan Lisa yang kisahnya tanpa mereka sadari terpaut satu sama lain.

Puthut sendiri menuliskan bahwa cerita ini seperti makan soto, terasa kurang ketika makan satu mangkuk akan tetapi akan kekenyangan dan membuat perut begah apabila nambah satu mangkuk lagi. Hal ini serasa benar karena akhir cerita yang memang terasa belum selesai, segala kemungkinan bisa terjadi akan tetapi Puthut lebih senang mengembalikan akhir kepada pembacanya.

Doni merupakan pria yang sudah beristri, akan tetapi ia memang digambarkan sebagai pro player dalam urusan hati. Memiliki isteri tak membuatnya berhenti untuk memiliki pacar lain yakni Kenes yang bekerja sebagai aktivis LSM yang juga sahabat baik dari Lisa, yang merupakan seorang wartawan.

Naskah drama yang terjadi diantara Doni dan Kenes kebanyakan terjadi di telepon karena lokasi mereka yang memang berbeda kota. Doni sebagai pembuat film berdomisili di Jogja dan Kenes sebagai aktivis LSM yang ada di Aceh. Dalam percakapannya juga dijelaskan pertemuan mereka yang sering berlangsung ketika akhir minggu saja.

Kisah keduanya memiliki pola klasik dalam dunia perselingkuhan dimana pihak yang mendua seolah dikejar tuntutan dari berbagai pihak serta pihak yang menjadi selingkuhan yang awalnya menyetujui hubungan penuh tantangan lambat laun mulai menuntut banyak hal. Hal semakn runyam dengan keputusan Kenes untuk pindah di Yogyakartam, kota yang sama dengan Doni.

Di tengah padatnya tuntutan Doni meminta seseorang yang tak lain adalah Lisa untuk datang menemuinya, Lisa  yang merasa kasihan terhadap mantan selingkuhannya akhirnya menyetujui Doni untuk menjemputnhya jam 9 Malam di bandara. Di sisi lain Lisa juga meminta Kenes untuk menjemputnya di jam dan waktu yang sama.

Puthut selalu bisa membawa pembacanya merasakan apa yang tokoh rasakan seperti halnya ketiga tokoh diatas akan tetapi pada cerita kali ini background cerita kurang dijelaskan sehingga kita hanya mengetahui ketiga orang ini yang memang gemar bermain-main dengan cinta, terutama Doni akan tetapi tidak ada alasan lain. Ibarat berita karya ini bisa disamakan dengan straight news kisah yang diceritakan hanya kisah yang tejadi pada masa sekarang, tidak ada masa lalu pun masa depan, tidak ada alasan, mauoun emosi lain yang ada di baliknya.

Terakhir buku ini terlihat seperti buku normal yang berisi cerita pada umumnya sehingga kalau tidak cermat pembeli bisa saja tak menyangka bahwa buku ini merupakan buku yang berisi naskah drama,  seperti yang penulis lakukan dulu. 


SHARE THIS

0 Comments: