POSTINGAN TERKINI

6/recent/LPM VISI

Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya: Tentang Hidup, Luka, dan Menjadi Cukup

 

(Sampul Buku Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya / Dok. Gramedia.com)

 

Judul             : Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya

Penulis          : dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ

Penerbit        : Gramedia Pustaka Utama

Tahun rilis    : 4 Februari 2025

Jumlah halaman: 224 Halaman


Lpmvisi.com, Solo — “Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya” memang terdengar ganjil, tapi dibalik itu terdapat pesan mendalam yang tersimpan. Buku karya dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ ini tidak bercerita tentang buah semangka atau reinkarnasi, tetapi tentang kehidupan dan bagaimana seseorang berusaha berdamai dengan dirinya sendiri.


Dikutip dari laman gramedia.com, dr. Andreas berupaya memberikan pandangannya tentang kehidupan dan sisi manusiawi kita. Ia menyoroti bahwa meski emosi dan pikiran manusia tampak kompleks, keduanya sebenarnya bisa dimaknai secara sederhana. Dari refleksi tersebut, lahirlah karyanya berjudul “Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya”, sebuah buku yang menelusuri makna kebahagiaan dan penyesalan.


Buku ini mengajak pembaca untuk menghargai momen-momen kecil yang sering terlewatkan, seperti berimajinasi tentang surat dari masa depan, berkebun bunga matahari, beristirahat sejenak, dan merenungkan ombak sebagai metafora kehidupan.


Lewat narasi yang penuh refleksi, buku ini mencoba menelusuri alasan di balik keinginan yang terdengar tak biasa itu. Penulis mengajak pembaca menyelami kehidupan serta pengalaman para pasiennya, yang kemudian melahirkan tema-tema utama seperti kekecewaan, penyesalan, dan ketidaksempurnaan hidup.


Salah satu bagian yang paling menyentuh adalah kisah seorang pasien bernama Lalin, yang menjadi inspirasi untuk judul buku tersebut. Lalin digambarkan sebagai wanita yang kehilangan harapan dan ingin menyerah pada hidup. Dalam percakapan, ia awalnya menyatakan ingin menjadi bunga matahari, tetapi kemudian mengubah keinginannya menjadi pohon semangka. Perumpamaan ini punya makna yang kuat. Semangka mungkin bukan pohon yang tinggi, tapi buahnya tetap manis. Lewat metafora itu, penulis ingin menyampaikan pesan tentang bagaimana kita bisa menemukan kekuatan dalam hal-hal sederhana, dan belajar merasa cukup dengan apa yang sudah kita miliki.


Kekuatan buku ini terletak pada bahasanya yang estetis dan reflektif. Dr. Andreas tidak tampil sebagai motivator yang memberi petuah, melainkan sebagai teman yang membuat pembacanya merasa tenang. Ia tidak menjanjikan “healing dalam tujuh hari”, tetapi mengajak pembaca untuk berhenti sejenak dan bernapas. Di tengah banyaknya buku pengembangan diri yang mendorong pembacanya terus berlari mengejar versi terbaik diri, karya ini justru terasa berbeda. Ia hadir seperti sahabat lama yang berkata lembut, “Nggak apa-apa kalau kamu belum sepenuhnya baik-baik saja.” Oleh karena itu, buku ini terasa menenangkan dan relevan bagi siapa pun yang sedang lelah, bingung, atau merasa kehilangan arah.


Akan tetapi, buku ini tetap memiliki beberapa kekurangan. Bagi sebagian pembaca, alur buku ini bisa terasa lambat karena tidak menawarkan konflik besar atau solusi praktis. Beberapa bagian terasa berulang, mengulang pesan tentang penerimaan dan kebahagiaan sederhana. Metafora di dalamnya juga mungkin terasa terlalu abstrak bagi mereka yang lebih menyukai makna eksplisit. Namun, kehangatan dan kedalaman maknanya justru menjadi nilai utama yang jarang ditemui di buku-buku sejenis.


Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya bukanlah buku yang menawarkan jalan pintas menuju bahagia, melainkan ruang refleksi untuk memahami tentang bagaimana manusia belajar menerima diri dan perjalanan hidupnya. Karya ini ditujukan bagi siapa pun yang masih mencari arti sejati dari kebahagiaan. Sebuah buku yang menenangkan, jujur, dan memberi ruang bagi pembacanya untuk beristirahat sejenak dari tuntutan untuk selalu baik-baik saja. (Dina)



Posting Komentar

0 Komentar