POSTINGAN TERKINI

6/recent/LPM VISI

Menyelami Perayaan Mati Rasa: Dari Zona Abisal ke Litoral

(Poster Film Perayaan Mati Rasa/ Dok. Internet)



Judul Film    : Perayaan Mati Rasa

Tahun rilis    : 2025

Durasi          : 125 menit

Genre i         : Drama

Sutradara     : Umay Shahab

Produksi       : Cinemaku Pictures dan Legacy Pictures

Pemeran      : Iqbaal Ramadhan, Umay Shahab, Dwi Sasono, Unique Priscilla, Devano Danendra


Lpmvisi.com, Solo — Film Perayaan Mati Rasa rilis pada 29 Januari 2025. Film garapan Umay Shahab ini mengisahkan drama keluarga tentang anak pertama yang ingin menggapai mimpi, tetapi merasa kalah dengan adiknya yang lebih sukses—hingga akhirnya kembali akrab karena ditinggalkan oleh ayah mereka.


Film ini mengajak penonton untuk menyelami batin tokoh utama lewat metafora laut. Zona Abisal, istilah yang pertama kali muncul, menggambarkan sebuah zona di dasar laut yang gelap. Di sanalah tokoh utama merasa tertekan dan tenggelam dalam ekspektasi besar sebagai anak pertama yang harus selalu kuat. Rasa cemburu dan perasaan kalah terhadap adiknya pun turut hadir sehingga menyebabkan konflik antar kakak adik. Dalam keadaan yang belum berdamai, kabar duka datang tiba-tiba, sehingga mereka berdua harus menjaga sang ibu. Perjalanan dalam film ini tentunya tak hanya berhenti di zona kedalaman saja. Seiring waktu, ia bergerak menuju zona litoral, tempat laut dan daratan bertemu, sebagai simbol menerima rasa kehilangan dan memaafkan masa lalu.


Iqbaal Ramadhan tampil impresif sebagai tokoh utama yang menggambarkan anak pertama yang berusaha tampak kuat meskipun sebenarnya rapuh. Di sisi lain, Umay Shahab berhasil memperlihatkan karakter adik yang lebih sukses tetapi sebetulnya tetap menyimpan luka tersendiri. Hubungan keduanya menjadi jantung emosional film ini, menghadirkan kesan kakak adik yang penuh jarak.


Bahasa visual yang digunakan di setiap adegan tidak sekadar bercerita, tetapi menyampaikan pesan lewat pencahayaan dan warna. Sinematografi film ini menjadi salah satu kekuatan utama yaitu pilihan tone warna dan pencahayaan yang redup mampu menegaskan suasana duka yang mendalam. Penonton seolah-olah diajak untuk menyelam bersama tokoh-tokohnya. Sementara itu, warna hangat muncul ketika para tokoh sudah mulai berdamai dengan keadaan.


Namun di balik keindahan visual, film ini tak luput dari kekurangan. Bagian konflik menuju resolusi terasa berjalan lambat, di beberapa momen justru terasa mengulur. Tak lupa, karakter pendukung yang kurang tergali, terutama sosok ibu yang hanya menghadirkan emosi penonton pada saat menuju akhir. Meski begitu, kekurangan itu tak cukup untuk menghapus kekuatan film ini. Perayaan Mati Rasa tetap meninggalkan jejak yang mendalam. Film ini tak hanya berbicara tentang kehilangan orang yang dicintai, tetapi juga kehilangan diri sendiri.


Perayaan Mati Rasa mengajak penonton untuk menyelami kekosongan, menatap luka, dan memahami bahwa rasa sakit bukan hal yang harus dihindari, melainkan bagian dari perjalanan menjadi manusia. Pada akhirnya, Perayaan Mati Rasa adalah ajakan lembut untuk menerima bahwa hidup tidak selalu penuh warna, tetapi justru di antara redup dan gelap itulah, cahaya penerimaan bisa lahir. (Dalfa Syifa Septiani)


 

Posting Komentar

0 Komentar