POSTINGAN TERKINI

6/recent/LPM VISI

“Makan Bergizi Gratis Kini Berujung Kehilangan Anak Negeri”

(Gambar penyiapan menu MBG / Dok. Internet)

Lpmvisi.com, Solo — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah salah satu langkah Presiden Republik Indonesia untuk mendukung pembangunan sumber daya manusia (SDM). Tujuan utama dari Program MBG yakni mengurangi angka malnutrisi dan stunting yang masih menjadi permasalahan serius di  Indonesia, khususnya pada kelompok rentan. Pemerintah Republik Indonesia terus mengakselerasi pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai program prioritas nasional. Hingga akhir Juli 2025, sebanyak 7.374.135 penerima manfaat telah dijangkau melalui 2.375 dapur komunitas gizi (SPPG) aktif.

Prabowo menargetkan program ini menjangkau 20 juta penerima manfaat sebelum 17 Agustus 2025 dan mencapai 82,9 juta penerima di akhir tahun. Program ini membuka lebih dari 100 ribu lapangan kerja baru, serta menggandeng UMKM, petani, nelayan, dan koperasi lokal dalam ekosistem pelaksanaannya. Data tahun 2022 mencatat bahwa 32% anak Indonesia mengalami anemia, 41% tidak sarapan, dan 58% memiliki pola makan tidak sehat, terutama pada kelompok rentan dalam fase emas pertumbuhan. Dapur Sentra Satuan layanan Pemenuhan Gizi (SPPG) mampu melayani 3.000 orang per hari dengan menu MBG yang memiliki prinsip “Isi Piringku” dan memenuhi 25–35% kebutuhan gizi harian.

Namun, di balik pelaksanaan program tersebut, timbul berbagai masalah dan dampak buruk bagi masyarakat. Adanya kesenjangan antara target dan realisasi capaian, salah satunya maraknya keracunan massal di berbagai daerah. Selain itu, penetapan mitra yayasan dan SPPG yang belum transparan dan rawan konflik kepentingan juga menjadi masalah. Persoalan  lainnya yakni ketidaksesuaian mutu bahan baku akibat belum adanya standar tegas dan penerapan standar pengolahan makanan yang belum konsisten. Tak hanya itu, sistem distribusi makanan masih belum tertib sehingga membebani guru dan pengawasan belum sepenuhnya berbasis data.

Hal tersebut menggambarkan bahwa program tersebut memiliki berbagai tantangan dan permasalahan yang perlu diselesaikan demi mengurangi jumlah korban di masa mendatang. Muncul pernyataan oleh Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, yang mengatakan bahwa program MBG dapat meningkatkan kecerdasan masyarakat dan memperbaiki kualitas sumber daya manusia Indonesia. “Kalau gizinya cukup, fisik oke, otak cerdas. Kita harapkan rata-rata IQ anak Indonesia bisa 120. Baru kita bisa bersaing," ujar Zulhas. Pernyataannya tersebut kian menuai pertentangan dari masyarakat akibat terjadinya kenaikan harga bahan pangan di berbagai daerah sejak September 2025, seperti ayam dan telur sebagai tanda keberhasilan program MBG yang diselenggarakan.

Makan Bergizi Gratis dikatakan banyak memberikan dampak merugikan bagi kesehatan masyarakat karena menyebabkan lebih dari dua ribu siswa di Kabupaten Bandung Barat mengalami keracunan. Peristiwa yang terjadi pada awal November 2025 tersebut disebabkan oleh kualitas buruk air yang digunakan untuk memasak makanan berdasarkan hasil investigasi Dinas Kesehatan dan Badan Gizi Nasional. Hal ini menimbulkan berbagai kekhawatiran masyarakat atas kualitas dan mutu gizi yang dihasilkan oleh program baru pemerintah masa kini. Permasalahan dan angka korban yang kian mengalami peningkatan memerlukan pengawasan dan tata kelola melalui sertifikasi, peninjauan ulang mekanisme, serta pelatihan sumber daya secara optimal. Tak hanya itu, perlu diterapkan ketegasan sanksi bagi pelaku pihak yang melanggar standar program.

Program ini hadir sebagai gebrakan besar pemerintah untuk mencetak generasi Indonesia yang sehat, cerdas, dan kuat melalui asupan gizi seimbang bagi masyarakat rentan. Dengan target menjangkau puluhan juta penerima manfaat dan menggandeng petani, nelayan, serta UMKM lokal, MBG diharapkan menjadi penggerak ekonomi sekaligus penopang kualitas bangsa. Namun, program ini masih dihadang berbagai persoalan, mulai dari distribusi tidak merata, kualitas bahan pangan belum terstandar, hingga kasus keracunan massal yang mencoreng kepercayaan publik. Ironisnya, pemerintah mengklaim MBG mampu meningkatkan kecerdasan anak bangsa, padahal nyatanya, harga bahan pangan justru melonjak di berbagai daerah. Oleh karena itu, perlu langkah nyata agar MBG benar-benar menjadi simbol perubahan menuju Indonesia yang sehat dan berdaya, bukan sekedar janji di atas piring kosong. (Yunita)

Posting Komentar

0 Komentar