(Poster Film 1 Kakak 7 Ponakan / Dok. Internet)
Judul : 1 kakak 7 ponakan
Sutradara : Yandy Laurens
Produksi : Mandela Pictures & Cerita Films
Tahun rilis : 2025
Genre : Drama keluarga\
Pemain : Chicco Kurniawan, Freya Jayawardana, Amanda Rawles, Kawai Labiba, Fatih Unru
Lpmvisi.com, Solo — Film 1 kakak 7 ponakan merupakan drama keluarga Indonesia yang mengangkat kisah hangat tentang tanggung jawab, keluarga, dan proses pendewasaan diri di tengah kehilangan. Film ini dirilis pada tahun 2025 dengan durasi film 131 menit. Diproduksi oleh perusahaan Mandela Pictures & Cerita Films, film ini sempat sukses meramaikan bioskop yang ada di Indonesia. Cerita berfokus pada Moko (Chicco Kurniawan), seorang pria muda yang masih berusaha membangun karier dan kehidupannya sendiri. Ia hidup dengan gaya bebas dan tidak memikirkan urusan keluarga. Namun, kehidupannya berubah drastis ketika kakak kandungnya dan kakak iparnya meninggal dunia akibat penyakit jantung dan ketuban pecah saat melahirkan keponakan Moko yang paling kecil, Ima.
Tragedi itu membuat Moko dihadapkan pada kenyataan bahwa kini ia menjadi satu-satunya kerabat dewasa yang tersisa, secara hukum Moko harus mengasuh 4 keponakannya yang masih kecil hingga remaja. Dari seorang pemuda yang tidak siap menjadi kepala keluarga, Moko dipaksa dan dituntut belajar banyak hal: mulai dari memasak, membangunkan anak sekolah, mengasuh keponakannya yang masih bayi, membantu mereka belajar, hingga menghadapi pertengkaran kakak-adik di rumah yang penuh kekacauan.
Di tengah kesibukan dan tekanan baru itu, Moko juga harus menghadapi dilema lain antara mengejar mimpinya sebagai arsitek dan memenuhi tanggung jawab menjadi kepala keluarga untuk keponakannya. Hubungannya dengan Maurin (Amanda Rawles) pun mulai diuji. Maurin merasa Moko terlalu sibuk dengan keluarganya, sementara Moko sendiri terus berjuang antara keluarga dan pekerjaan. Moko juga akhirnya memutuskan Maurin karena merasa hanya akan menghambat masa depan Maurin bila mereka masih bersama. Kehidupan penuh beban Moko semakin bertambah setelah salah satu mantan guru pianonya menitipkan anaknya “Ais” kepadanya. Saat ini Moko telah memiliki 5 ponakan sekaligus di dalam rumah sederhana nya. Dari sini lah menunjukkan bahwa perjalanan hidup Moko penuh dengan warna dalam menghadapi proses menjadi “kakak” sekaligus “ayah” bagi para keponakannya.
Film ini mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab tanpa pilihan yang kita pilih. Tragedi yang dialami keluarga Moko justru menjadi titik awal perjalanan baru yang mempererat hubungan mereka bersama. Melalui tingkah laku keponakan Moko yang kadang merepotkan, menggemaskan, dan penuh kejujuran, Moko justru belajar untuk menurunkan egonya, lebih sabar, dan membuka ruang empati dalam dirinya. Film ini menunjukkan bahwa proses pendewasaan tidak selalu datang dari pengalaman besar, tetapi sering muncul dari hal-hal kecil yang kita temui setiap hari bersama orang-orang yang kita sayangi. (Asty Titah)
0 Komentar