| [Poster Tak Ingin Usai di Sini / Dok. Internet] |
Judul Film : Tak Ingin Usai di Sini (October Rhapsody)
Sutradara : Robert Ronny
Produksi : Paragon Pictures dan Ideosource Entertainment
Tahun Rilis : 2025
Durasi : 1 Jam 48 Menit
Genre : Drama, Romantis
Lpmvisi.com, Solo — Di Tengah maraknya film bergenre horor di Indonesia, film Tak Ingin Usai di Sini hadir dengan membawakan kisah drama romantik yang mengajak penontonnya untuk masuk ke dalam perjalanan sunyi tentang cinta, kehilangan, dan keikhlasan. Film yang juga dikenal dengan judul October Rhapsody menceritakan tentang dua sahabat, yaitu K yang diperankan oleh Bryan Domani dan Cream yang diperankan oleh Vanesha Prescilla, keduanya telah lama hidup bersama dan saling membutuhkan satu sama lain. Walaupun keduanya dekat sedari lama, K tidak pernah berani mengungkapkan perasaannya kepada Cream. Sampai suatu hari, K mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit leukimia yang sudah parah dan mengancam nyawanya.
K memilih untuk menyembunyikan penyakitnya dari Cream karena tidak ingin Cream khawatir kepadanya dan berusaha mencarikan seseorang yang tepat untuk bisa menjaga Cream setelah ia tiada nanti. Hingga akhirnya, Cream bertemu dengan Armand yang diperankan oleh Rayn Wijaya, seorang dokter muda yang kaya, tulus, perhatian, dan sehat. Armand adalah pria yang sesuai dengan kriteria K untuk menjadi seseorang yang bisa menjaga Cream setelah ia tiada nantinya. K pun perlahan mulai menjauh dan menjaga jarak dari Cream agar tidak mengganggu kedekatan Cream dengan Armand.
Film ini mengangkat tema besar tentang cinta tidak selalu bermakna memiliki satu sama lain, tetapi cinta berupa pengorbanan untuk melihat orang yang kita sayangi bahagia. Tak Ingin Usai di Sini menghadirkan kisah lembut tetapi sangat menguras emosi, film ini menunjukkan bahwa cinta tulus sejati terkadang dapat diwujudkan melalui keikhlasan untuk melihat orang yang dicintai bahagia bersama orang lain. Unsur dramatis yang kuat dengan alur cerita lambat namun intens membuat penonton ikut larut dalam perasaan kehilangan, penyesalan, dan pengharapan yang tak sempat terucap.
Dari segi visual, film Tak Ingin Usai di Sini menonjolkan penggunaan tone warna lembut dan dipadukan dengan pencahayaan hangat untuk memperkuat kesan melankolis pada film. Ditambah musik pengiringnya juga memainkan peran penting dalam membangun suasana emosional, terutama dalam adegan-adegan hening tanpa banyak dialog. Pada momen-momen tersebut, ekspresi para pemain justru menjadi sarana utama untuk menyampaikan perasaan yang sulit untuk diucapkan.
Akting para pemeran juga menjadi salah satu kekuatan utama film ini. Bryan Domani tampil sangat meyakinkan sebagai sosok K yang lemah lembut dan penuh dengan konflik batin. Sementara Vanesha Prescilla berhasil memerankan Cream yang ekspresif, tulus, dan menyentuh. Chemistry keduanya terasa alami sehingga membuat hubungan mereka terlihat nyata di layar. Rayn Wijaya juga berhasil memberikan sentuhan segar sebagai sosok Armand yang tenang dan penuh empati. Dari segi naskah, Tak Ingin Usai di Sini sebenarnya merupakan adaptasi dari film Korea yang berjudul More Than Blue yang rilis pada tahun 2009.
Meskipun menyajikan kisah yang emosional dan menyentuh, film Tak Ingin Usai di Sini tidak lepas dari beberapa kekurangan. Salah satu kekurangan yang cukup menonjol menurut penulis adalah dari sisi orisinalitasnya yang masih kurang kuat mengingat film ini diadaptasi dari film Korea. Beberapa adegan dan jalan ceritanya terasa sangat lambat dengan banyak momen hening dan adegan reflektif, meskipun memperkuat suasana melankolis, tetapi terasa membosankan dan terlalu datar sebelum mencapai puncak emosi.
Transisi emosi antar adegan juga terkadang kurang halus sehingga membuat perasaan yang dibangun tidak selalu mengalir dengan alami. Sedangkan dari sisi karakter, tokoh Armand menurut penulis kurang mendalami perannya sebagai tokoh pendukung, sehingga dinamika hubungan antar tokoh terasa sedikit kurang kompleks. Selain itu, alur cerita cenderung klasik dan sering digunakan dalam genre melodrama sehingga membuat ending-nya mudah ditebak bahkan sebelum penulis menonton filmnya.
Meskipun begitu, kekurangan-kekurangan pada film tidak mengurangi kekuatan emosional secara keseluruhan. Sebagai film bergenre drama romantis, Tak Ingin Usai di Sini menyajikan kisah cinta yang tidak hanya berfokus pada hubungan dua insan, tetapi juga pada nilai-nilai kemanusiaan seperti kesetiaan, pengorbanan, dan juga kejujuran. Pada film ini, penonton dapat mengambil nilai moral dimana cinta sejati tidak pernah menuntut kepemilikan, tetapi keberanian untuk merelakan dan memberikan pengorbanan.
Secara keseluruhan film ini adalah film yang penuh makna dan cukup emosional untuk ditonton. Cocok untuk penonton yang menyukai kisah cinta yang hangat namun menyedihkan. Dengan cerita yang sederhana tetapi berhasil menyentuh hati, film ini mampu membuat penonton merenungkan arti cinta, kehilangan, dan juga keikhlasan. Meskipun bukan tanpa kekurangan, film ini tetap layak untuk ditonton oleh siapa saja yang menyukai kisah romantis yang bukan hanya sekadar indah, tetapi juga mengajarkan arti kehilangan dan ketulusan.
Film ini bukan hanya berisi tentang kisah romantis yang mengundang air mata, tetapi juga refleksi lembut tentang bagaimana cinta sejati terkadang berarti melepas, bukan menggenggam. Sebagai film drama romantis, Tak Ingin Usai di Sini berhasil menjadi pengalaman emosional yang hangat dan menyayat dalam waktu bersamaan. Robert Ronny menutup film ini dengan halus, lembut, dan menyentuh hati penulis, seolah ingin menyampaikan bahwa cinta sejati tidak selamanya memiliki. Bermakna bahwa cinta sejati tak pernah benar-benar usai, ia hanya berganti dalam bentuk kenangan dan doa yang terucap untuk orang yang dicintai. (Dian Nayla)
0 Komentar