POSTINGAN TERKINI

6/recent/LPM VISI

Prospect Talks #49 x ISRA 2025: Kolaborasi untuk Masa Depan Berkelanjutan

 

(Sesi pemaparan materi oleh Rosyd Nukha, Direktur PT Prospect Riset Madani, pada Jumat (13/6) di Solo Techno Park / Dok. Dhaniska)

Lpmvisi.com, Solo — Indonesia Social Responsibility Award (ISRA) bersama Prospect Institute sukses menggelar Prospect Talks #49 x ISRA - Road to Indonesia Social Responsibility Award pada Jumat (13/6). Kegiatan ini berlangsung pada pukul 09.00–11.30 WIB di Solo Techno Park, serta disiarkan secara daring melalui kanal YouTube resmi ISRA. Kegiatan ini berbasis forum diskusi sebagai langkah awal dalam penyelenggaraan ISRA 2025. 


ISRA merupakan ajang tahunan yang diselenggarakan sebagai bentuk apresiasi terhadap individu dan organisasi yang berkontribusi nyata dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Rangkaian agenda ISRA tahun ini mencakup Panel Discussion, Conference, dan Awarding, dengan kegiatan pembuka berupa Panel Discussion of ISRA yang menghadirkan pemimpin dari berbagai sektor untuk membahas bagaimana kepemimpinan berkelanjutan dapat berjalan seiring dengan pencapaian tujuan bisnis. 


Tema yang diusung, “Sustainability Impact & Beyond”, menekankan kolaborasi antarsektor untuk membentuk masa depan yang lebih adil, tangguh, dan berkelanjutan. Secara khusus kegiatan ini bertujuan memperluas pemahaman masyarakat umum terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) serta pentingnya dampak nyata dari program yang berkelanjutan. Forum ini diharapkan dapat menjadi ruang interaktif yang mempertemukan antara pelaku industri, akademisi, media, dan masyarakat umum untuk saling berdiskusi. 

ISRA 2025 mengundang tiga narasumber, yaitu Rosyd Nukha (Direktur PT Prospect Riset Madani), Dyah Putri Utami (Kepala Komunikasi dan Kemitraan Impact Meter), dan Vevry Hari Saputro (Direktur PT Owalah Aksara Interkreasi). Forum diskusi ini dipandu oleh Aprilina Kurniawati selaku moderator. Pada sesi diskusi pertama, Rosyd menekankan pentingnya mengintegrasikan ESG sebagai pilar sustainability secara holistik, berdasarkan data, serta mengedepankan kolaborasi lintas sektor. Rosyd juga menyebutkan bahwa penerapan sustainability di Indonesia telah mencapai persentase 94%–97% pada tahun 2025. 


Sementara itu, pada sesi diskusi kedua Dyah menjelaskan mengenai pentingnya pemberdayaan masyarakat sebagai bentuk investasi sosial jangka panjang. Melalui layanan Impact Meter, dampak dari kegiatan tersebut dapat diukur menggunakan metode SROI (Social Return of Investment) Rapid Assessment guna memberikan pembuktian keberhasilan program, akuntabilitas kepada pemangku kepentingan, serta sebagai bahan pembelajaran dan pengambilan keputusan. “Sebaik apa pun program yang telah dijalankan, jika tanpa pengukuran dampak maka tidak akan ada jejak keberhasilannya,” ungkap Dyah.


Pada sesi diskusi terakhir, Vevry memaparkan mengenai peran industri kreatif, khususnya pada desain komunikasi visual untuk memperluas jangkauan isu keberlanjutan yang selama ini hanya menjadi pembicaraan di kalangan tertentu saja. Menurut Vevry, suatu desain visual bukan hanya pelengkap estetika, tetapi merupakan mesin penggerak dalam narasi keberlanjutan. “Kita membuat gambar itu tidak hanya melihat bagus atau tidak, tapi kita juga berpikir bagaimana gambar tersebut dapat mengomunikasikan narasi keberlanjutan dengan lebih sederhana.” tegasnya. 


Melalui Road to Indonesia Social Responsibility Award (ISRA) 2025, acara ini bukan hanya sebagai pembuka, tetapi juga menjadi pemantik semangat guna membentuk ekosistem keberlanjutan yang lebih progresif di Indonesia. Dengan menggandeng berbagai sektor, ISRA 2025 tak hanya mengapresiasi para kontributor, tetapi juga mendorong lebih banyak pihak untuk bergerak bersama. (Diva, Dhaniska)



Posting Komentar

0 Komentar