POSTINGAN TERKINI

6/recent/LPM VISI

Joli Jolan: Dari Sejarah Hingga Dampak Sosial yang Nyata

(Suasana Joli Jolan telah berhasil menarik perhatian pihak luar dan menciptakan suasana solidaritas yang kuat di antara berbagai pihak setiap minggunya, Sabtu (17/5) / Dok. Irsyad dan Dhona)

Lpmvisi.com, SoloBerawal dari keresahan perilaku konsumerisme (membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan hanya untuk memuaskan keinginan) di tengah arus globalisasi di era modern ini, Chrisna Chanis Cara (36) dan dua temannya tergerak sebagai founder Joli Jolan.

Makna kata Joli Jolan yaitu  tukar-menukar. Ruang solidaritas Joli Jolan berangkat untuk mendobrak perilaku konsumerisme dan memberikan wadah kesadaran untuk sama-sama memperpanjang usia barang.

Desember tahun 2019 menjadi pijakan awal berdirinya Joli Jolan. Awalnya Chrisna dan tim melakukan pendekatan dengan membagikan brosur ke warga sekitar dan melalui jangkauan sosial media, Joli Jolan banyak dikenal sehingga orang-orang lebih tertarik untuk mengunjungi Joli Jolan. Meskipun di awal sempat ada penolakan dari warga dan aktivitas Joli Jolan pernah terputus ketika pandemi, tetapi menjelang pertengahan tahun aktivitas Joli Jolan berlangsung secara buka-tutup.

Joli Jolan sampai sekarang tetap berdiri kokoh tanpa campur tangan pemerintah. Ada banyak kalangan luar daerah termotivasi ide Joli Jolan sebagai ruang solidaritas yang memandang bahwa satu rasa tanpa memandang kelas sosial. “Joli Jolan tuh kita pengennya cuma ada disini, tapi idenya tetap menyebar seperti di Boyolali namanya Sobat Sabuni, di daerah Grobokan juga adakita bantu suplai untuk pakaian/barangnya, terus Gereja Gendengan itu juga bikin namanya Dolilo, ada lagi Masjid Al Huda.Nanti selesai (ibadah), ada barang-barang Joli Jolan yang dibawa ke sana,” ujar Chrisna.

Joli Jolan adalah tempat penampungan dan distribusi barang-barang bekas yang mayoritas berasal dari donasi warga, bukan dari supplier atau pabrik. Ada juga beberapa barang baru  yang disumbangkan oleh pengusaha atau pemilik butik yang memiliki stok sisa. Untuk menjadi anggota dan mengambil barang, pengunjung harus mendaftar dengan membawa KTP asli dan mengikuti aturan yang berlaku, seperti paling cepat bisa mengambil barang lagi setelah 2 minggu dan maksimal mengambil 3 barang.

Seiring berjalannya waktu, Joli Jolan tak hanya menjadi ruang tukar-menukar barang, tetapi juga menjelma sebagai gerakan sosial yang menghadirkan banyak dampak positif bagi masyarakat sekitar. Salah satu dampak paling nyata adalah tumbuhnya rasa solidaritas dan kepedulian antarwarga. Melalui aktivitas mingguan ini, masyarakat diajak untuk saling berbagi dan menyadari bahwa kebermanfaatan barang tidak berhenti pada satu tangan saja.

Selain itu, Joli Jolan juga memberikan solusi konkret atas masalah ekonomi, terutama bagi keluarga yang kesulitan memenuhi kebutuhan sandang. Dengan sistem distribusi barang yang adil dan terbuka, masyarakat dapat memperoleh pakaian, buku, hingga barang rumah tangga secara gratis tanpa harus mengeluarkan biaya. Hal ini secara langsung meringankan beban ekonomi, terutama di tengah situasi yang penuh tantangan seperti masa pandemi.

Tak hanya itu, keberadaan Joli Jolan turut mengedukasi masyarakat tentang pentingnya gaya hidup berkelanjutan. Budaya daur ulang dan memanfaatkan kembali barang-barang yang masih layak pakai menjadi kebiasaan baru yang berdampak baik terhadap lingkungan.

Dampak tersebut juga dirasakan langsung oleh para pengunjung. Ibu Mia (49) dari Jebres menyampaikan kesannya, “Ya seneng, ini juga sangat membantu masyarakat.” Ia berharap kegiatan ini terus ditingkatkan untuk mengurangi budaya konsumtif, “Pesannya ibu sendiri, bagus ditingkatkan gitu ya, untuk mengurangkan konsumerisme.”

Sementara itu, Bapak Aditya (32) dari Wonogiri, yang datang setelah mengetahui Joli Jolan lewat media sosial, mengaku sangat terkesan. “Iya senang, alhamdulillah. Nggak nyangka juga. Ternyata udah 5 tahun ya. Jadi berkesannya luar biasa.” Ia bahkan terinspirasi untuk membawa konsep serupa ke daerah asalnya, “Wonogiri belum ada yang buat event semacam ini. Jadi pengen jadi wadah juga. Inspirasi Joli Jolan. Pengen open di sana juga dengan konsep yang mungkin hampir sama.” Pesannya pun mengandung semangat ketekunan, “Yang jelas tetap konsisten dan istiqomah. Karena pasti titik manusia itu jenuh. Kita butuh hal baru.”

Dalam skala yang lebih luas, Joli Jolan bukan sekadar ruang berbagi barang, melainkan ruang bertumbuh bersama sebagai komunitas yang saling menguatkan. Ia membuktikan bahwa aksi sederhana bisa menjalar menjadi perubahan kolektif yang membawa harapan dan manfaat nyata bagi banyak orang. (Irsyad, Dhona)

Posting Komentar

0 Komentar