POSTINGAN TERKINI

6/recent/LPM VISI

Mengusung Konsep Setubuh Tumbuh, ISI Surakarta Eksplor Refleksi Tubuh Penari Melalui Menari 24 Jam Nonstop

(Pertunjukan “Kembul Bujono” oleh penari 24 Jam Nonstop di ISI Surakarta pada Selasa (29/4) / Dok. Ayesa)

        Lpmvisi.com, Solo Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta resmi menggelar World Dance Day 24 Jam Menari 2025. Acara ini berlangsung mulai Selasa (29/4) hingga Rabu (30/4) selama 24 jam terhitung dari pukul 06.00 WIB. Pentas digelar di kampus ISI Surakarta yang kemudian dibagi menjadi empat venue, yaitu Teater Besar, Teater Kecil, Teater Kapal, dan Pendhapa. Pertunjukan tari 24 jam ini merupakan agenda rutin tahunan dari ISI Surakarta guna menyambut Hari Tari Sedunia. ISI Surakarta telah melangsungkan kegiatan ini selama 18 tahun. Tema yang diambil pada tahun ini adalah “Land of Thousands Kingdoms”.

        Menurut Pebo (62), Person in Charge (PIC) Menari 24 Jam, konsep pertunjukan tahun ini adalah untuk mencoba merefleksikan kembali tubuh para penari dengan judul “Setubuh Tumbuh”. Ia menyebutkan tema ini sebagai sebuah konsep besar 24 Jam Menari Nonstop yang bukan hanya sebagai ajang untuk mencari sensasi atau sekadar menunjukkan kemampuan menari selama 24 jam, tetapi juga sebagai upaya refleksi tubuh penari terhadap berbagai kondisi lingkungan, baik audio maupun visual. Secara singkat, hal yang ditekankan dalam pentas ini adalah bagaimana seorang penari 24 jam termotivasi oleh lingkungan, kemudian mencoba untuk kembali ke tubuhnya dan mengekspresikan kembali. Hal ini berlangsung intens mulai pukul 06.00 WIB sampai pukul 06.00 WIB keesokan harinya.

        Untuk tahun ini, terdapat tujuh penari serta dua pemusik utama yang berpartisipasi dalam menari 24 jam nonstop. Para seniman berasal dari kampus ISI Surakarta sendiri, ISBI Bandung, Boyolali, dan sebagainya. Pebo mengungkapkan proses perekrutan dilakukan melalui jaringan, kenalan, dan undangan terbuka. “Karena ini cukup cepat, kurasinya belum ketat. Tidak harus punya karya luar negeri. Siapa pun yang tulus, silakan ikut,” imbuhnya.

        Pebo menjelaskan selama 24 jam menari nonstop, kebutuhan biologis dari penampil tetap terpenuhi, “Makan tiga kali sesuai jadwal makan, dibalut dalam pertunjukan juga. Misalnya saat makan siang, kami kemas dalam format pertunjukan”. Selain itu, berdasarkan pengamatan tim reporter LPM VISI, setiap penari Menari 24 Jam Nonstop mendapat pengecekan medis.

        Di sisi lain, dengan mengusung tema “Land of Thousands Kingdoms”, kegiatan ini juga melestarikan budaya keraton Nusantara, yaitu tumpengan dan kenduren. Tradisi ini dilakukan dengan menggunakan alas pelepah pisang dan tanpa menggunakan alat makan seperti sendok dan sebagainya. Tradisi tersebut masih ada dan dilestarikan dalam masyarakat. Hal ini menginspirasi panggung 24 Jam Nonstop untuk mengemasnya dalam judul “Kembul Bujono” atau makan bersama. Penari 24 Jam Nonstop dipersilakan untuk makan dengan format pertunjukan ini.

        Selain Setubuh Tumbuh, kegiatan ini juga mencoba membuat konsep Mandala yang merupakan terjemahan visual dari delapan penjuru mata angin dengan konsep sebagai sebuah ruang keseimbangan–yin-yang. Secara harfiah, terdapat tempurung kelapa yang dapat diinjak lalu yang secara kasat mata akan menampilkan pola keseimbangan secara visual. Tetapi di balik itu, terdapat sebuah konsep keseimbangan di mana tubuh dengan lingkungan akan menjadi satu kesatuan.

(Penampilan Alam Bana di Teater Terbuka atau Teater Kapal pada Rabu (30/4) pukul 00.00 WIB / Dok. Natya)

        Terdapat pula pertunjukan bertajuk Alam Bana, yaitu suatu transisi perubahan waktu antara yang telah usai dan yang akan datang. Dengan konsep meditatif bagi mereka yang dimotivasi oleh musik Jawa dan menjadi sebuah ruang perenungan kembali terhadap diri atau manusia. Alam Bana dipentaskan pukul 00.00 WIB yang mana merupakan pergantian hari. Sejumlah 7 penari dan 2 pemusik 24 Jam Nonstop berkumpul di Teater Terbuka atau Teater Kapal. Selain itu, pertunjukan ini mengundang alumni penari 24 Jam Nonstop untuk turut menari bersama penampil utama sebagai bentuk pewarisan energi. (Natya, Dhaniska, Mohan)

Posting Komentar

0 Komentar