Selasa, 30 April 2024

Tarian Tradisional Indonesia hingga Mancanegara Sukses Tarik Perhatian Pengunjung dalam Perhelatan 24 Jam Menari di ISI Surakarta

https://lh7-us.googleusercontent.com/Q7UhslRTXlxo67fIqw-nUmTI3LpVDbXd4lj3zev71SLcy-Tn4xjem8RunqMX-J57D0nftShSQIOn-8HNLLcmqGe6rFXH9pKnoT3i3R0E4FfCB5Q0c02CuRIZBynabQPuwMZJPBgrlkusMXFq9mRmsgU
(Penampilan “Bhikkhuni” di Teater Besar ISI Surakarta pada Senin (29/4) dalam perhelatan 24 Jam Menari / Dok. Rojwa)

Lpmvisi.com, Solo – Untuk memperingati Hari Tari Dunia yang jatuh pada hari Senin (29/4) lalu, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta menggelar acara berskala besar. Pagelaran akbar yang dinamai 24 Jam Menari itu mengusung tema “Skena Menari: Bersua, Bercengkrama, Berkelana”. Tema tersebut diambil karena melihat kehidupan anak muda yang gemar bersua, bercengkrama, dan berkelana. Harapannya, acara ini akan menarik minat anak muda untuk hadir dan berinteraksi, yang kemudian nantinya menghasilkan karya maupun ilmu baru dalam seni pertujukan.


Pertunjukan akbar 24 Jam Menari ini dilaksanakan di berbagai titik yang tersebar di seluruh lingkungan ISI Surakarta. Tidak hanya menampilkan ragam tarian dari Indonesia, pertunjukan ini juga menampilkan seniman dari mancanegara. Salah satu penampilan yang cukup menarik perhatian adalah penampilan di gedung Teater Besar ISI Surakarta berjudul “Bhikkhuni” yang menampilkan seni tari meditasi diiringi meditation noise. Penampilan yang membawa penonton masuk ke dalam ketenangan itu melibatkan seniman dari Ekuador, Indonesia, dan Meksiko.


Tidak hanya itu, penampilan tari tradisional Betawi oleh anak-anak juga dinilai sangat menghibur dan mengundang kekaguman. Yabes (19) dan Yakobus (20), mahasiswa ISI Surakarta asal Medan, turut hadir dalam perhelatan ini dan menyampaikan apresiasi mereka. “Anak-anak kecil yang nari Betawi tadi keren, sih. Mereka masih kecil, tapi udah berani buat tampil di acara sebesar ini," kata Yakobus. 


Lebih lanjut, Yabes dan Yakobus mengungkapkan bahwa motivasi mereka menghadiri acara ini adalah untuk mendapatkan inspirasi baru dan belajar dari para penampil lain. "Kami ingin menyerap ilmu dan pengalaman dari para penampil lain, sehingga dapat mengembangkan kemampuan kami sendiri," ujar Yabes. Mereka berharap acara ini dapat terus dilestarikan setiap tahunnya sebagai bentuk komitmen dalam menjaga dan melestarikan budaya bangsa. Perhelatan 24 Jam Menari ISI Surakarta ini merupakan salah satu bukti dedikasi ISI Surakarta dalam melestarikan dan mengembangkan seni tari di Indonesia, selama 18 tahun berturut-turut. (Dhaniska, Rojwa)



SHARE THIS

0 Comments: