Minggu, 17 Desember 2023

Anak Berkebutuhan Khusus di Kecamatan Pasar Kliwon Solo dan Persepsi Masyarakat

Kecamatan Pasar Kliwon berdasarkan data Surakarta Dalam Angka 2022 yang dilansir Badan Pusat Statistik, Pasar Kliwon merupakan kecamatan paling padat penduduk di Kota Solo. Padatnya penduduk ini membuat Kecamatan Pasar Kliwon memiliki banyak perhatian termasuk penduduk berkebutuhan khusus di dalamnya. Jumlah penduduk berkebutuhan khusus di Kecamatan Pasar Kliwon berdasarkan data Dinas Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta berjumlah 284 jiwa. Dimana jumlah tersebut termasuk anak berkebutuhan khusus yang berada di Sekolah Luar Biasa seperti Sekolah Luar Biasa Autis Harmony. SLB ini menjadi salah satu sarana pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dengan tipe berkebutuhan khusus kognitif. Keberadaan mereka di suatu lingkup masyarakat tentu tidak terlepas dari beragam masalah sosial salah satunya marginalisasi. Keadaan marginalisasi yang dialami anak berkebutuhan khusus di SLB Harmony dibagi menjadi dua bagian, yaitu di lingkungan sekolah dan lingkungan rumah.

Di sekolah luar biasa, penghilangan marginalisasi menjadi landasan utama dalam menciptakan lingkungan inklusif yang mendukung perkembangan setiap individu. Staf pengajar dan tenaga pendukung di sekolah tersebut menerapkan pendekatan yang memahami keberagaman siswa. Mereka memberikan perhatian khusus kepada kebutuhan setiap siswa, tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, atau kondisi fisiknya. Dengan demikian, semua siswa merasa dihargai dan diterima tanpa adanya batasan yang dapat menciptakan perasaan marginalisasi.

Dalam lingkungan rumah anak berkebutuhan khusus masih terdapat marginalisasi yang dialami oleh ABK maupun orang tua ABK. Marginalisasi anak berkebutuhan khusus di lingkungan rumah mereka menjadi tantangan serius yang mempengaruhi perkembangan dan kesejahteraan mereka. Salah satu bentuk marginalisasi yang umum terjadi adalah kurangnya pemahaman dan kesadaran lingkungan rumah terhadap kebutuhan khusus mereka. Pemahaman yang minim terhadap kondisi kesehatan atau perkembangan anak dapat mengakibatkan perlakuan tidak sesuai dan kurangnya dukungan yang diperlukan.

(Wawancara dengan narasumber di SLB Harmony/Dok. Kelompok 1 Sosiologi Perkotaan 21 B)

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya marginalisasi yang dialami anak berkebutuhan khusus di Kecamatan Pasar Kliwon Solo. Faktor pertama penyebab terjadinya marginalisasi oleh karena adanya stereotip yang sudah ada dan berkembang di masyarakat itu sendiri. Masyarakat memiliki pemikiran negatif terhadap anak berkebutuhan khusus seperti mengganggu lingkungan atau tidak bisa bersatu dengan orang normal lain, sehingga secara tidak langsung meminggirkan ABK. Alasan yang kedua adalah karena faktor kurangnya sosialisasi mengenai anak berkebutuhan khusus kepada masyarakat yang menyebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang keadaan yang dimiliki oleh anak-anak berkebutuhan khusus. Sosialisasi yang kurang mengenai cara berinteraksi, memberikan dukungan, atau bahkan memahami kondisi-kondisi khusus yang dimiliki anak berkebutuhan khusus bisa mengakibatkan ketidakpedulian atau penolakan dari masyarakat

Masyarakat di sekitar SLB Harmony di Kecamatan Pasar Kliwon Solo beranggapan dan memandang anak-anak berkebutuhan khusus selayaknya anak kecil pada umumnya yang memiliki perilaku nakal. Masyarakat cenderung kurang berinteraksi dan bahkan mengisolasi anak-anak berkebutuhan khusus. Hal tersebut terjadi akibat dari minimnya pemahaman, pengetahuan, serta kesadaran dari masyarakat tentang kondisi yang dimiliki oleh anak-anak berkebutuhan khusus. Sehingga, marginalisasi dialami oleh anak-anak SLB Harmony pada awal berdirinya sekolahan tersebut yang mana juga terdapat kekurangan dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar sebelum mendirikan sekolahan tersebut. Namun, seiring berjalannya waktu, dan dengan adanya upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk melakukan sosialisasi dan komunikasi dengan warga sekitar, warga mulai dapat memahami kondisi yang dimiliki oleh siswa SLB, dan marginalisasi terhadap SLB Harmony terus berkurang hingga sekarang ini.  (Adelia Rossa Putri Maharani, Alfin Satria Kristianto, Dara Amarlia Karismaningrum, Hanafi Yusron, Mustika Ayu Dika)


SHARE THIS

0 Comments: