Selasa, 13 Desember 2022

Terpaan Perilaku Konsumtif di Tengah Masyarakat

 

Ilustrasi (Dok. Internet/ Pinterest)

Oleh: Naomi


"Ehh produk A lagi promo nih, beli yuk?"

"Boleh. Aku juga mau beli"

"Iyaa, kamu harus beli. Soalnya jarang banget, aku aja mau beli 5"

"Hah emangnya mau diapain?


Di tengah perkembangan zaman yang semakin modern, beragam kemudahan tersedia untuk mempermudah pemenuhan kebutuhan manusia. Mulai dari munculnya aplikasi layanan belanja online, delivery online, dan sebagainya. Hal tersebut juga didukung oleh pemahaman masyarakat yang semakin tinggi mengenai teknologi, terlebih rata-rata masyarakat mungkin sudah memiliki gadget. Jadi, ketika mau belajar tentang apapun atau melakukan apapun, jadi lebih mudah!


Tak selalu berdampak positif, beberapa masyarakat dirasa semakin “kalap” karena semua kemudahan yang diberikan. Seperti dapat kita lihat pada tingginya minat masyarakat dalam membeli produk yang dipasarkan secara online. Misalnya melalui Aplikasi Lazada, Shopee, Tokopedia, dan yang lainnya. Terlebih, ada promo besar-besaran di setiap tanggal kembar, misal setiap 8 Agustus menjadi promo 8.8, hal tersebut terjadi setiap bulan. 


Beragam keuntungan yang juga ditawarkan seperti voucher cashback atau voucher gratis ongkir serta adanya flash sale, membuat jiwa para konsumen rasanya semakin meronta-ronta ingin membeli produk tersebut. Padahal belum tentu benda tersebut benar-benar dibutuhkan untuk menunjang keberlangsungan hidupnya. Bahkan di tanggal kembar ini, kabarnya paket yang sampai ke tangan pihak ekspedisi sampai membludak karena banyaknya transaksi. Dari sini dapat kita lihat, beragam faktor mempengaruhi tingkat konsumerisme masyarakat.


Bukan hanya secara online, bahkan secara langsung pun perilaku konsumtif ini dapat dilihat. Misalnya pada promosi produk di mall atau pasar. Masyarakat akan semakin terdorong membeli suatu produk meskipun tidak benar-benar membutuhkannya. Selain itu alasan lain yang dirasa menjadi alasan seseorang membeli produk adalah karena tren. Tren yang sedang berlangsung di masyarakat juga sangat mempengaruhi minat dalam pembelian suatu produk. 


Seperti dapat kita lihat di tahun-tahun sebelumnya, ada tren mainan squishy yang dipopulerkan oleh para youtuber, karena itu beberapa kalangan pun turut membeli squishy. Ada juga tren make up korean look, para beauty enthusiast maupun penggemar K-wave berbondong-bondong membeli produk terkait, dan masih banyak lagi tren lainnya. Selain itu, minat atau rasa tertarik secara pribadi, dapat juga menjadi alasan seseorang membeli suatu produk. Misalnya karena packaging produknya bagus, karena rasa ingin mencoba suatu produk, dan sebagainya.


Dampak dari perilaku konsumtif antara lain; bergaya hidup boros, tidak adanya simpanan masa depan, adanya kecemburuan dan rasa iri terhadap orang lain, serta krisis jati diri karena meniru orang lain. Selain itu, perilaku ini juga meningkatkan produksi limbah di bumi dan mencemari lingkungan. Bagaimana tidak, mulai dari sampah packaging hingga polusi dari produksi dan proses pengantaran produk ke tangan konsumen.


Sebaiknya masyarakat mulai menyadari seluruh dampak konsumtif tersebut sebelum melakukannya. Perilaku konsumtif ini rasanya lebih banyak berdampak negatif dibanding positif.  Maka dari itu, mari menolak godaan perilaku ini. Sayangi bumi, sayangi dirimu, perubahan dimulai dari anda.



SHARE THIS

0 Comments: