Selasa, 10 Mei 2022

Mahasiswa dalam Roda Pendidikan Bangsa

 


(Sumber: Pinterest)




Oleh : Nadila Urlia Putri SP


Bulan Mei sebagai bulan Pendidikan Nasional. Bertepatan dengan lahirnya pionir pendidikan di Indonesia, Raden Mas Soewardi Suryaningrat atau biasa dikenal Ki Hajar Dewantara pada 2 Mei 1889. Beliau adalah seorang aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, politisi, dan mantan Menteri Pengajaran Republik Indonesia. Sepak terjangnya dalam memperjuangkan kemerdekaan dan pendidikan Indonesia pada zaman kolonial patut diacungi jempol. 

Terlahir dari keluarga ningrat yang membuatnya tidak kurang dalam ilmu pengetahuan, membuatnya memiliki pemikiran yang progresif, komunikatif, dan patriotik sehingga dapat membangkitkan nasionalisme masyarakat Indonesia. Saat masih muda, beliau bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar seperti De Express, Oetosan Hindia, Tjahaja Timoer dan beberapa yang lain. Selain aktif dalam menulis, dia juga aktif dalam berorganisasi bersama teman-temannya yang dikenal sebagai Tiga Serangkai.

Perjuangannya bersama teman-temannya itu sering membuat Belanda merasa terancam. Sampai suatu ketika, Ki Hajar Dewantara, Douwes Dekker, dan Cipto Mangoenkoesoemo dijatuhi hukuman pengasingan. Mereka memilih diasingkan ke Belanda. Bisa dilihat, betapa mereka menghargai pendidikan karena saat menjalani pengasingan mereka masih dapat menimba ilmu. Setelah pulang ke Indonesia, barulah “pertarungan” dimulai. Ki Hajar Dewantara dan rekan seperjuangannya menggunakan pendidikan sebagai alat perebut kemerdekaan.

Melihat perjuangannya yang berbuah manis seperti sekarang ini, tentu sebagai penerus bangsa kita harus bisa melanjutkan perjuangannya. Bagi generasi muda seperti mahasiswa, seharusnya hal ini sudah tidak menjadi hal yang asing. Mahasiswa yang dikenal sebagai kaum intelektual pembawa perubahan tentu sudah matang mengenai hal ini. Mahasiswa harus menampakkan kontribusinya secara konkret di kehidupan sebenarnya. Banyaknya hambatan yang dihadapi, membuat keberjalanan pendidikan Indonesia terkadang terasa lamban sehingga membutuhkan gebrakan baru agar semakin maju.

Lantas, bagaimana peran mahasiswa dalam peningkatan kualitas pendidikan Indonesia? Melihat konteks Indonesia memang terlihat luas dan sulit. Namun, dalam usaha peningkatan kualitas ini tentunya disesuaikan dengan porsi mahasiswa. Memiliki pikiran positif bahwa pendidikan bermakna penting dan masif bagi kemajuan bangsa, maka ada dorongan tersendiri nantinya. Berkaca pada sejarah pendidikan di masa lampau tentunya dapat memberikan suatu pencerahan bagi mahasiswa untuk berkontribusi.

Mahasiswa sebagai agent of change memang terdengar sebagai peran yang berat. Pemikiran mahasiswa yang modern dan solutif dapat memberikan alternatif baru untuk mengubah pendidikan Indonesia menjadi lebih terarah. Rasa gengsi mahasiswa yang cenderung tinggi seharusnya dimanfaatkan ke arah kebaikan. Mahasiswa dapat meninggikan gengsinya pada saat ia mampu memberikan kontribusi konkret bagi pendidikan bangsa sehingga dapat memotivasi yang lain untuk memberikan pergerakan baik pula.

Selain itu, pemikiran kritis mahasiswa juga harus digunakan dengan baik. Dalam bidang pendidikan misalnya, mahasiswa dapat mengkritisi pemimpin bangsa yang zonk dalam membangun Indonesia. Mereka yang sering mengadakan demonstrasi terkait perubahan bangsa baik dalam kepemimpinan maupun penyelenggaraannya adalah salah satu dari pemanfaatan pikiran kritis mahasiswa. Hal ini tentunya perlu disertai bukti real dan memberikan alternatif bagaimana seharusnya tatanan Indonesia diselenggarakan.

Dalam dinamika teknologi yang semakin maju ini, mahasiswa dapat memanfaatkan kemajuan teknologi di era Revolusi Industri 5.0 ini sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Contohnya, menciptakan suatu pembelajaran berbasis teknologi atau e-learning yang diterapkan pada masyarakat. Pembelajaran e-learning ini identik dengan animasi dan display yang menarik sehingga menarik minat masyarakat tempat mahasiswa tersebut mengabdi. Dengan cara seperti ini pula, ilmu atau pengajaran yang disampaikan tidak membosankan dan mudah terserap masyarakat khususnya anak-anak.

Sebagai mahasiswa yang tak jauh dari kehidupan akademi, seharusnya kita dapat berperan sebagai pengajar di masyarakat. Mahasiswa dapat menjadi semacam relawan yang turun ke pelosok masyarakat dan mengabdikan dirinya untuk berbagi ilmu. Keahlian public speaking yang baik serta penampilan yang menyenangkan harus dimiliki mahasiswa. Oleh karena itu, diperlukan sinergi yang baik antara motivasi dan fisik mahasiswa sehingga ia memiliki pembawaan yang tidak membuat takut ataupun bosan.

Mahasiswa juga dapat melakukan usaha filantropi. Mengingat bahwa tidak semua masyarakat Indonesia memiliki biaya cukup untuk merambah pendidikan, maka mahasiswa dapat melakukan aksi semacam penggalangan dana untuk mereka yang ekonominya lemah. Selain dana, mahasiswa juga dapat mengadakan semacam kelas gratis bagi masyarakat sehingga sedikit banyak membantu mereka untuk sekadar membaca dan menulis. Hal ini tentunya sangat menciptakan perubahan baru saat nantinya penduduk Indonesia dapat tercatat 0% buta huruf.

Mahasiswa harus berbekal motivasi yang besar dalam menciptakan perubahan. Membuka mata dan hati lebih luas lagi dalam melihat peranan pendidikan bagi kemajuan bangsa akan memberi dorongan untuk mengadakan inovasi baru pembawa kemajuan. Mahasiswa Indonesia harus beraksi tidak hanya berteori dan berpikiran sempit bahwa pendidikan hanya untuk mencari pekerjaan bukan untuk memajukan bangsa. Pendidikan adalah kuci pembuka dunia. Pendidikan perlu dimajukan agar mencetak bangsa yang terdidik dan mampu menggebrak dunia. Hidup mahasiswa! (Nadila)



SHARE THIS

0 Comments: