Jumat, 30 Juli 2021

Memaknai Mimpi dan Ambisi Lewat The Greatest Showman

 

Judul The Greatest Showman | Tahun Rilis 2017 | Sutradra : Michael Gracey

| Durasi 105 Menit | IMDB : 7,6 (Dok.Wikipedia)



    The Greatest Showman adalah film biografi yang mengisahkan kehidupan Phineas Taylor Barnum, dengan konsep drama musikal. Ketika mendengar film biografi yang mengisahkan kembali kehidupan seseorang, mungkin terbersit rasa bosan bahkan hanya dengan mendengar temanya saja. Namun berbeda dengan film biografi lainnya, film yang disutradarai Michael Gracey dengan penulis skenarionya Michael Arndt (penulis Toy Story 3), Jenny Bicks (penulis Rio 2), dan Bill Condon (penulis Beauty and The Beast) ini mampu memukau banyak penonton dari seluruh dunia. 

    Film ini memenangkan lebih dari lima penghargaan, mulai dari Oscars, hingga Grammy. Tidak hanya karena lagu-lagunya yang catchy beserta koreografi luar biasa yang ditampilkan, drama musikal ini juga memiliki alur yang sangat menarik serta sarat makna. Film ini mengisahkan perjuangan Phineas Taylor Barnum (diperankan oleh Hugh Jackman), anak dari seorang penjahit yang berhasil membuat pertunjukan meriah dengan para bintang atraksinya yang disebut-sebut “aneh”. Tidak hanya sekedar kisah menggapai impian, film ini mampu menghadirkan nilai-nilai kemanusiaan, tentang menerima diri sendiri dan tentunya orang lain, kekeluargaan, persahabatan, serta asmara. 

    Barnum yang menikahi seorang putri dari kalangan atas bernama Charity (diperankan oleh Skylar Dunn), selalu bermimpi menjadi seseorang yang sukses dan tidak lagi dipandang sebelah mata oleh masyarakat sekelilingnya. Barnum membuat Charity menolak untuk menjalani kehidupan yang diatur oleh orang tuanya, dan menjalani kehidupan yang diinginkannya. Bebas, dengan mengikuti Barnum ke “The Great Unknown” seperti dalam lagu berjudul “Tightrope” yang dinyanyikannya di tengah film. Meskipun tidak kaya, Barnum dan Charity hidup bahagia dan dikaruniai dua putri. Setelah menjalani kehidupan biasa sebagai seorang pekerja kantoran, Barnum dipecat dengan alasan perusahaan bangkrut. Ia pulang dengan keadaan putus asa, sampai ia terinspirasi dari kedua putrinya dan memutuskan untuk membuat museum P.T. Barnum dari nol. Mulai dari meminjam dana bank, hingga mengumpulkan orang-orang aneh, Barnum membuat pertunjukan sirkus yang awalnya dipandang sebelah mata oleh masyarakat, hingga mampu menarik ribuan penonton dan membuatnya menjadi kaya raya. Tak puas dengan apa yang telah dicapainya, Barnum mencoba menggaet Philip Carlyle (diperankan oleh Zac Efron), yang merupakan pria kelas atas, hingga penyanyi populer Jenny Lind (diperankan oleh Rebeca Ferguson) yang ditemuinya di Istana Ratu Inggris. 

    Pada saat inilah masalah bertubi-tubi mendatangi Barnum. Ketika fokusnya telah terpecah dan tidak lagi terfokus pada tim sirkusnya yang telah menjadi impiannya sejak awal, Barnum menjadi semakin ingin menguasai dunia dengan pertunjukannya dan tak menyadari bahwa tim sirkusnya mengalami masalah. Sedangkan Jenny Lind hanya menyukainya tidak lebih dari sebatas rekan kerja. Hingga semua menjadi terlambat saat akhirnya ia tersadar bahwa tujuan utamanya membuat seluruh pertunjukan adalah untuk membahagiakan keluarganya. Museumnya terbakar, bank mencurigainya yang membuat seluruh asetnya disita, dan istri beserta kedua putrinya pergi ke rumah sang mertua yang selama ini memandang rendah Barnum. Namun Barnum berusaha untuk memperbaiki dirinya dan menata ulang semuanya dari awal, setelah mampu meyakinkan istrinya untuk kembali hidup bahagia bersamanya.

    Keseluruhan film ini sangat memukau dan beberapa kali menggetarkan hati penonton. Mulai dari para pemeran yang mampu berakting sambil bernyanyi dan menari, lirik lagu yang sesuai dengan skenario cerita, permainan karakter para pemeran yang membuat film menjadi lebih hidup, dan kisah tim sirkus yang membuat kita menjadi lebih tersadar untuk menerima diri sendiri. Film ini mampu meyakinkan kita bahwa menjadi diri sendiri bukanlah hal yang salah. Kita tidak perlu takut dengan perkataan orang. Karena, mau sebaik apapun kita, akan selalu ada orang yang mencemooh dan memandang kita sebelah mata. Lirik “I’m not scared to be seen, I make no apologies, this is me,” sangat sesuai dengan film ini yang menampilkan orang-orang unik yang tidak sesuai dengan definisi “normal” dalam masyarakat serta berani untuk tampil di publik dan melawan persepsi masyarakat. 

    Setiap adegan yang ditampilkan oleh para pemeran mampu menghipnotis para penonton. Terlebih dengan kehadiran Zac Efron, Zendaya, Rebbeca Ferguson dan Michele Williams yang totalitas dalam berakting sambil bernyanyi. Menjelang akhir film, ditampilkan seorang kritikus yang menyatakan bahwa Barnum yang mampu menyajikan orang-orang dari berbagai golongan, ras, warna kulit, bentuk badan di panggung yang sama membuktikan bahwa mereka sederajat dan tidak ada yang salah dari itu. 

    Charity, istrinya pun mampu menyadarkan penonton bahwa dalam hidup ini tidak perlu membuat semua orang menyukai kita. Hanya beberapa orang baik itu sudah cukup. Ada begitu banyak pesan yang dapat kita ambil dari film ini, mulai dari esensi sebuah keluarga dan sahabat, pentingnya menjalani hidup sesuai dengan yang kita mau, memperjuangkan mimpi serta orang yang berarti dalam hidup kita, dan yang terpenting adalah menerima diri kita sendiri apa adanya dan tidak perlu meminta maaf atas kekurangan yang melekat pada fisik kita. Karena yang terpenting untuk kita miliki adalah kebaikan yang muncul dari dalam hati, serta sisi kemanusiaan yang tidak boleh pudar dari diri kita. Overall, film The Greatest Showman ini cocok bagi kalian yang menyukai film ringan tanpa perlu berpikir keras dalam alurnya.



SHARE THIS

0 Comments: