Minggu, 11 Oktober 2020

Cegah Radikalisme Melalui Diskusi Lintas Agama

Salah satu materi yang dipaparkan dalam webinar. (Dok.Ulfa)

Lpmvisi.com, Solo - Lembaga Kegiatan Islam (LKI), Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), Universitas Sebelas Maret (UNS) menyelenggarakan Diskusi Lintas Agama pada Sabtu (10/10/2020). Acara ini merupakan hasil kolaborasi LKI dengan Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) dan Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) FISIP UNS. 

Tema yang diangkat dalam diskusi kali ini adalah, "Bendung Radikalisme, Sinergi Pemeluk Agama Wujudkan Bhinneka Tunggal Ika". Alasan pemilihan tema tersebut dikarenakan radikalisme telah menjadi isu nasional yang berkembang, sehingga berpotensi menjadi sebuah ancaman. Diskusi ini dilakukan secara daring melalui aplikasi Zoom, dengan menghadirkan tiga narasumber yaitu, Dosen Psikologi Fakultas Kedokteran UNS, Soleman Kawangmani; Dosen Sosiologi FISIP UNS, Theofilus Apolinaris Suryadinata; dan Koordinator Lingakr Studi Peradaban Islam dan Indonesia, Rosnendya Yudha Wiguna.

Substansi kajian yang disampaikan oleh ketiga narasumber yaitu, menyetujui untuk menguatkan sinergi pemeluk agama dan membendung radikalisme. Soleman menyatakan bahwa radikalisme tidak memiliki tempat dalam agama sehingga secara kreatif harus menyebarkan narasi kebaikan. Hal senada juga disampaikan oleh Theofilus yang memandang isu radikalisme dari perspektif filosofis dan sosiologi. Sedangkan Rosnendya memandang isu radikalisme dari kacamata sejarah dan tradisi ilmu untuk tetap mengedepankan intelektual dan menghindari propaganda.

Acara yang dihadiri oleh 107 peserta ini, terdiri dari mahasiswa, akademisi FISIP dan umum. Lutfi, selaku ketua panitia menjelaskan, diskusi ini dapat memberikan wadah bagi mahasiswa agar mereka tidak terpecah belah antar umat beragama. Sehingga, hubungan antar mahasiswa pun juga semakin erat dan saling toleransi dalam menanggapi persoalan keagamaan. Ia melihat kemajemukan yang ada di Indonesia dapat mengakibatkan pergesekan. Apabila tidak segera diatasi, maka dapat mengakibatkan munculnya paham radikalisme.

“Sebagai mahasiswa tentunya memiliki banyak latar belakang agama, nah kita harus menjaga kebhinekaan ini. Sangat penting karena merupakan kunci persatuan dan kesatuan.” ujar Lutfi saat dihubungi VISI.

Diskusi ini diharapkan dapat mengembangkan sikap inklusif dalam memerangi segala bentuk radikalisme dan intoleransi khususnya di lingkungan kampus berdasarkan nilai-nilai pancasila. “Mahasiswa juga dapat memberikan pemahaman peran agama dari masing-masing agama itu, dalam menanggapi paham radikalisme seperti apa.” Sambung Lutfi.

            Hal senada juga diungkapkan oleh Saniya, mahasiswa Sekolah Vokasi UNS. Ia menyatakan bahwa diskusi ini dapat membangun komunikasi dan saling memahami. Ia menilai bahwa dengan diskusi ini, orang-orang dapat mengetahui bagaimana cara berpikir dari masing-masing umat beragama, sehingga dapat tercipta toleransi. “Dari kita memahami dan saling mengerti, itulah yang bisa jadi pondasi untuk toleransi dan menerima perbedaan.” ujar Saniya saat dihubungi VISI. (Ulfa)

SHARE THIS

0 Comments: