Selasa, 17 September 2019

Rahasia Budi dan Bawah Kasurnya

dok. Internet


Oleh : Rachma Dania

Bel pulang sekolah sudah berbunyi 15 menit yang lalu. Dengan takut-takut Budi melangkah menuju ke belakang sekolah, menemui kawannya Aryo sang bandar.

Sekolah sudah mulai sepi entah mengapa suasana itu malah makin menambah “disko” jantungnya, ingin Budi pulang saja, ‘ah kepalang tanggung’ ungkapnya dalam hati. Tinggal melewati belokan maka

“woy, lama sekali kamu bud”

Budi terjengkang kebelakang dengan posisi terlentang. Ia kaget bukan main, Aryo mengagetkannya tepat sebelum ia berbelok menuju lokasi perjanjian mereka.

“kamu ini ngapain tiduran, kaya mau di-anu aja. Aku udah bawa pesenan kamu” ujar Aryo agak berbisik

“heh jangan ngomong keras-keras, ayo ke bawah pohon mangga enggak kelihatan orang kita dari sana”

...

Budi pulang dengan perasaan campur aduk, takut, deg-degan, tapi juga penasaran. Di dalam angkot budi tak henti-hentinya memeluk kencang tasnya ia takut tasnya tiba-tiba terbuka dan menampakkan hasil transaksinya bersama Aryo, majalah dewasa TOP. Aryo memang sudah terkenal sebagai bandar bokep, biasanya ia mendapatkan barang dagangannya dari anak yang lebih tua lalu ia jual kembali setelahnya.

Begitu sampai rumah budi segera berlari ke kamarnya, ayah dan ibunya memang belum pulang. Budi segera mengunci kamar dan membuka majalah dewasa TOP nomor 17 dengan saksama dan penuh penghayatan. Covernya saja sudah menantang dengan model yang hanya mengenakan dalaman dengan talinya yang tidak terpasang dengan rapi. Semakin penasaran ia semakin membuka lembaran majalah, foto-foto tersebut membuat hidungnya kembang kempis dan badannya melemas. Kecuali satu bagian sakral di tubuhnya.

Setelah melirik pintu yang dipastikan sudah di kunci dari dalam, tangan budi mulai menuju ke celana seragam smpnya.

“Budi, kamu sudah pulang?” ucap Inggar kakak perempuan Budi satu-satunya, ia bertanya sambil berusaha membuka pintu kamar Budi.

“kok dikunci. Budi kamu lagi ngapain?”

Budi langsung menggagalkan aksinya dan menjawab sang kakak dengan lesu, dengan sedikit kebohongan. Inggar langsung pergi menuju kamarnya sendiri.

‘nanti malam saja deh, aku lanjutkan’ ucapnya dalam hati. Daripada dongkol Budi mau pergi saja bermain ps di rumah Handri salah satu sahabat baiknya. Tak lupa ia menyembunyikan majalahnya ke bawah kasur

Kebetulan saat sudah sampai di depan rumah, Handri sedang akan menghidupkan PS2nya, keluaran terbaru.
“woy Budi ayo kita main” ujar Handri yang bertemu mata dengan Budi yang memang hobi srobat-srobot masuk ke dalam sahabatnya itu.
Budipun mengangguk dan duduk di sebelah Handri, lama mereka bermain munculah perempuan usia 20 tahunan. Ia terlihat sedang membersihkan lemari yang terlihat dari ruangan Handri dan Budi bermain PS. Sontak saja Budi menjadi tak fokus, Handri berhasil memenangkan duel Guitar Hero yang mereka habis mainkan.

Mba Diah namanya, perempuan yang dibawa kedua orang tua Handri dari desa tempat neneknya berasal. Perempuan dikuliahkan Ayah Handri, ia juga banyak membantu pekerjaan rumah tangga keluarga Handri.

Menurut Budi, Mba Diah adalah orang yang cantik, dengan senyumannya yang semanis gula jawa. Tidak hanya itu, kulit Mba Diah terlihat kuning langsat dan terawat, Budi akui ia menawan. Budi senang sekali memandanginya karena selain cantik, Mba Diah juga rajin dan baik. Ia sering tersenyum ramah kepada Budi saat ia sedang mampir ke rumah kawannya itu.

Semakin sering memandangi Mba Diah entah mengapa Budi merasakan hal yang berbeda, perasaan yang deg-degan dan rasa ingin mendekati Mba Diah. Budi ingin sering membayangkan Mba Diah dan dirinya sedang jalan-jalan di pasar malam sambil bergandengan tangan, Budi ingin Mba Diah.

Akan tetapi Budi hanyalah remaja baru puber biasa, dirinya mana berani menggandeng tangan pujaan hatinya apalagi tanpa alasan. Walaupun Budi tak pernah menggandeng Mba Diah ia pernah melakukan hal yang lebih dari itu, meskipun tanpa sengaja.

Pernah suatu ketika ia lewat di depan pintu kamar Mba Diah yang terbuka seperempatnya. Melalui celah itu ia disuguhkan pemandangan mba diah yang sedang ganti baju. Langsung saja budi berkeringat dingin melihat pujaan hatinya yang setengah telanjang. Ini perasaan pertama budi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, perasaan menggebu dan panas dingin, diselingi rasa yang penasaran dan bikin nagih.

Puncaknya pada suatu malam sambil memimpikan Mba Diah, Budi mengompol tapi nikmat. Selanjutnya ia mengerti inilah yang dinamakan mimpi basah.

...

Malam sepulang dari rumah Handri, Budi langsung saja melaksanakan aksinya setelah semua orang di rumahnya tertidur. Bukan main Budi ketagihan, setelah melakukan eksekusi ia bahkan rela menyisihkan uang sakunya banyak-banyak demi majalah dan tabloid serupa yang tentunya dibeli dari Aryo.

Sudah menjadi kebiasaan ia selalu menyimpannya di bawah kasur. Secara bertahap mengecek Majalah kesukaanya tersebut hingga suatu hari ia menemukan majalahnya menghilang. Namun sebagai ganti ia menemukan majalah lain yang lebih bermutu, model-modelnya bahkan lebih cantik dan sopan.

Budi merasakan malu yang luar biasa bahkan tidak berani keluar kamar selain untuk makan. Ajaibnya majalah itu selalu berganti sesuai dengan tanggal terbitannya. Ia tentu tidak berani bertanya dan tidak ada anggota keluarga Budi yang membahasnya, semua biasa saja.

Sebenarnya selain majalah Budi juga menemukan beberapa buku tentang masa remaja dan tentang kisah cinta terkadang kisah fiksi maupun non fiksi yang membicarakan tentang masa muda dan gairah hormon yang membara. Budi secara tidak langsung memahami mana sikap yang baik dan buruk untuk melewati masa remajanya ini.

Supply majah terus berlangsung untuk waktu yang lumayan lama. Ia mengingat betul supply majalah ditutup dengan buku Di Balik Jendela SMP karya penulis Mira W. Dari situ ia mengerti bahwa membuang masa muda untuk sesuatu yang belum saatnya merupakan tindakan yang tidak keren dan juga merepotkan.

Sampai berakhirnya semua hubungan distributor dan konsumen ini berlanjut Budi sama sekali tidak tahu siapa dalang dibalik pelaku semua ini. Budi juga tidak ingin tahu, ia malah berterima kasih kepada keluarganya. Ia merasa dihargai dan disayangi oleh keluarganya, ia merasa disayangi karena keluarganya bisa memahami masa pubertasnya dan tidak pernah meributkan dan mempermasalahkan insting seksualnya.

Dan untuk Mbak Diah, ia pergi setelah menyelesaikan kuliahnya ia mengetahui kabar kepergian ini seminggu setelah pujaan hatinya pergi. Sebagai remaja tanggung yang bingung harus apa, ia merelakan Mbak Diah. Dalam lubuk hati yang terdalam Budi berterima kasih kepada Mba Diah, tanpa disadari ialah yang membimbing Budi melewati masa pubernya dan menghiasi mimpi-mimpi Budi di setiap malamnya.



SHARE THIS

0 Comments: