Sabtu, 04 Mei 2019

Forum Bersama Mahasiswa, Momen Bertemu Bapak Baru di Hari Pendidikan

Jamal Wiwoho selaku rektor baru sedang menyampaikan tanggapan dari pertanyaan mahasiswa (02/05/2019). (Dok. Pribadi)
Lpmvisi.com, Solo - Menjelang petang mereka telah berpakaian rapi dan bersepatu. Meski berasal dari fakultas yang berbeda, mereka hadir dengan membawa keresahan dan harapan yang akan diadukan kepada rektor baru. Bahkan hujan deras tidak menghalangi semangat mereka, mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS  ) untuk berkumpul bersama di Gedung rektorat  Surakarta UNS.

Forum mahasiswa yang diselenggarakan oleh Forum Besar (Forbes) Dalam Negeri (Dagri) UNS   berlangsung pada Kamis, (4/5/2019) malam. Forum yang dilaksankan di Ruang Sidang lantai dua Gedung Rektorat UNS   ini dihadiri oleh mahasiswa dari berbagai fakultas. Tak hanya mahasiswa, Prof. Jamal Wiwoho selaku rektor baru UNS   beserta jajarannya ikut pula menghadiri forum tersebut.

Elang Jordan Ibrahim selaku Menteri Analisis Kampus dan Pendidikan Tinggi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNS   mengemukakan bahwa acara ini perlu terlaksana karena beberapa tahun belakangan tidak ada forum-forum serupa dimana mahasiswa bisa menemui langsung rektornnya. Ia mengemukakan bersamaan dengan momentum terpilihnya rektor baru, maka pihaknya mewakili BEM UNS   bersama dengan Forbes Dagri mencoba mengusahakan forum mahasiwa ini sebagai penghubung aspirasi mahasiswa dengan jajaran Rektorat UNS.

“Kita ingin tau apakah pak rektor bisa diajak komunikasi yang baik dengan mahasiswa atau sama seperti rektor yang lalu dimana tidak ada kejelasan.” Ujar Elang. 

Sementara itu Prof. Kuncoro Diharjo selaku Wakil Rektor dalam sambutannya menyatakan bahwa agenda Forum Besar tersebut adalah penyampaian tentang konsep pengembangan rektor untuk UNS kedepannya. Setelah itu dilanjutkan dengan sesi penyampaian masukan-masukan dari mahasiswa UNS .

Forum besar ini sejalan dengan ucapan Prof. Jamal Wiwoho yang menyatakan akan mencoba membuka ruang-ruang komunikasi yang lebih baik kepada mahasiswa. Ia mencoba berusaha membuka diri setiap beberapa bulan sekali untuk melaksanakan forum Bersama mahasiswa supaya komunikasi bisa terjalin dengan baik. “Di dalam rumah tangga yang besar, saya adalah bapak kalian dan kalian adalah anak angkat saya. Anak harus mengetahui orang tua dan orang tua juga harus pengertian dengan anak” ujar Jamal.
Mahasiswa-mahasiswa yang hadir dalam forum besar mahasiswa

Jamal mengungkapkan bahwa bersamaan dengan berpindahnya kepemimpinan maka akan dibarengi dengan klasterisasi UNS   sebagai Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia. Jamal berujar bahwa dalam waktu dekat UNS   akan berubah dari status Badan Layanan Umum (BLU) menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Berbadan Hukum (BH). Dirinya berharap UNS   menjadi perguruan tinggi yang berlevel internasional seperti Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada ataupun Institut Teknologi Bandung yang sudah terlebih dahulu berstatus PTN-BH.

Berkaitan dengan program PTNBH Jamal mempertimbangkan untuk peningkatan pendanaan dalam bidang kemahasiswaan. Pada tahun ini UNS   mengelola sebanyak Rp 757 milyar. Dan untuk pendanaan kemahasiswaan, masih berada di presentase 5,7% dari total anggaran yang ada.

Agenda berlanjut dengan penyampaian masukan dari mahasiswa. Faith Aqila Silmi yang saat ini menjabat sebagai Presiden BEM UNS   menyampaikan beberapa pertanyaan dan rekomendasi, yang sudah terlebih dahulu dikaji oleh BEM.  Hal yang dinyatakan pertama oleh Faith mengenai biaya kuliah yang tidak terjangkau. Penggolongan Uang Kuliah Tunggal (UKT) jalur Seleksi Mandiri UNS   yang berbeda dibanding mahasiswa lain yang masuk dari jalur Seleksi Nasional Perguruan Tinggi Negeri (SNPTN) dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Mahasiswa Ilmu Komunikasi ini menyampaikan pula permasalahan dispensasi UKT yang seringkali belum merata bagi mahasiswa yang membutuhkan. Serta ia menanyakan tentang golongan UKT bagi mahasiswa yang di tengah jalan memiliki beberapa halangan dalam pendanaan. selain itu Faith meminta kejelasan mengenai pembiayaan alternatif lain UNS   selain pendanaan dari Ikatan Alumni UNS.

Berkaitan dengan itu Jamal mengemukakan UKT merupakan Uang Kuliah Tunggal yang sistemnya mulai diikuti UNS   sejak tahun 2012 dan diterapkan secara nasional pada tahun 2013.  UKT adalah uang kuliah yang didesain dengan kepastian dan perincian yang harus dibayarkan oleh mahasiswa, Jamal menjelaskan secara logika ketika UKT sudah dikeluarkan seharusnya sudah tidak perlu pembayaran lagi. 

“Jadi kalo ada laporan pembayaran dari luar UKT nanti saya cek lagi ya,” ujar Jamal yang diamini oleh perserta forum mahasiswa. 

Jamal menambahkan UKT memiliki sifat yang situasional sehingga ada aturan mengenai penudaan pembayaran, penurunan ukt bahkan pembebasan. Ukt bisa dipertimbangkan sesuai kondisi yang dialami keluarga mahasiswa seperti bencana alam, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan lain sebagainya.

Poin selanjutnya yang disampaikan oleh Faith adalah mengenai mutu pendidikan. Terjadi kasus di FISIP dimana Dosen yang jarang mengikuti kelas, serta pusat studi dan kepustakaan yang dinilai masih kurang.

Menanggapi hal tersebut Jamal bebicara mengenai mutu pendidikan banyak factor yang mendukung seperti halnya dari mahasiswanya, dan juga fasilitas pendukung dari pendidikan tersebut. Jamal mengemukakan untuk program sarjana di UNS   sudah ada 70% prodi yang memiliki akreditasi unggul.  Berkaitan dengan minimnya kehadiran dosen, Jamal mengemukakan bahwa diinginkannya kolaborasi antara Wakil Dekan Bidang Akademik dan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni di Fakultas terkait untuk menindaklanjuti masalah dosen yang jarang masuk kelas. 

Dr. Drajat Tri Kartono selaku Staf Ahli Rektor Bidang Pengembangan Akademik, juga ikut menambahkan. Pusat studi  Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) merupakan keunggulan UNS   dan akan sangat profuktif ketika bisa digunakan sebaik mungkin. Drajat mengutarakan bahwa pusat studi ini akan diperhatikan secara serius dan sudah dijadikan agenda utama oleh rektor.

Selanjutnya Faith mempertanyakan mengenai transparasi kebijakan, seperti kadang terjadi pengeluaran kebijakan mahasiswa tapi tidak melibatkan mahasiswa dalam pembuatannya. selain itu Faith menambahkan banyak dialog antara mahasiswa dan pejabat kampus yang tidak menghasilkan solusi.  Permasalahan ini dijawab oleh Jamal dengan akan diperbanyak forum-forum mahasiswa yang memang membahas kemahasiswaan.

Faith menyampaikan pula keresahannya terhadap fasilitas UNS  yang meliputi sulitnya mengakses administrasi, Laboratorium yang masih berbayar, Sistem informasi yang belum memenuhi dan lain sebagianya. “Saya juga memahami mengenai sarpras yang kurang memadai” ujar Jamal membalas persoalan fasilitas ini.

Jamal membenarkan bahwa laboratorium UNS   memang sudah tua sehingga ia akan bersama-sama mencoba memperbaiki laboratorium yang disesuaikan dengan pendanaan. Selain itu Jamal juga mendapat laporan dari Kampus UNS   Kebumen ia sudah mengirim dari perwakilan rektorat untuk meninjau langsung ke sana. Poin yang terkahir disampaikan oleh Faith adalah Sistem kemahasiswaan. ada beberapa keresahan di antaranya pembiayaan prestasi, dan juga pendampingan prestasi.

Menanggapi bembiayaan di Kemahasiswaan tersebut, Drajat mengemukakan bahwa mahasiswa terkadang memiliki beberapa agenda yang diikuti, namun tidak ada perencanaan sebelumnya. sehingga terdapat ketimpangan system yang sudah berlaku dimana rencana pendanaan harusnya sudah dibuat terlebih dahulu. Drajat mengemukakan dari segi organisasi biasanya perencanaan dilakukan oleh pengurus sebelumnya untuk pengurus selanjutnya sehingga ada beberapa hal-hal yang sudah tidak relevan.

Heri widijanto dari Fakultas Pertanian juga mengemukakan mengenai dispensasi UKT dan pemindahan golongan dilakukan tiga bulan sebelum pembayaran UKT tiap semsternya. menurutnya pihak dekan mendapat rekomendasi dari BEM Fakultas.  Mengenai mahasiswa yang akan pergi ke luar negeri, sebenarnya bisa dilakukan pendanaa asalkan sudah diturunkannya Surat Keputusan dari pihak UNS  , biasanya pendanaan berkisar antara 30% dari total pengeluaran mahasiswa selama di luar negeri. “Di pertanian kami wakil dekan bidang kemahasiswaan biasa meminjami (uang-red) untuk menalangi terlebih dulu" ujar Heri menambahkan. 

Pertanyaan selanjutnya bermunculan dari mahasiswa, diantaranya mengenai keresahan akan Gedung Olah Raga (GOR) yang berbayar, wacana sekolah vokasi, dan Arif salah satu mahasiswa ilmu komunikasi menanyakan jaminan atas kebebasan berpendapat, berkaitan dengan itu ia mengutarakan banyaknya pembredelan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) dan pihak lain yang berusaha mengutarakan kebenaran.

Jamal menanggapi. seharusnya GOR, dan sarana lain bagi mahasiswa tidak seharusnya diadakan biaya peminjaman karena itu merupakan sarana untuk mahasiswa. Berkaitan dengan pembungkaman kebenaran Jamal hanya menambahkan sebagai warga negara yang demokratis hendaknya menggunakan kebebasan dengan sebijaksana mungkin hingga tidak memyusahkan diri sendiri, selain itu ia juga yakin baik rektor dan mahasiswa memiliki tujuan yang sama. Berkaitan dengan sekolah vokasi UNS   sudah menyiapkan sekolah vokasi di daerah Tirtomoyo. dengan adanya wacana sekolah vokasi maka mahasiswan jenjang Diploma bisa melanjutkan hingga Diploma 4 (D4) dan jenjang yang lebih tinggi.

Selain itu Jamal juga mengungkapkan bahwa UNS   ini sudah siap menuju ke PTN BH hal ini merupakan jawaban atas salah satu pertanyaan dari Anisa dari Fakultas Hukum mengenai kesiapan UNS  menghadapi PTN BH. Jamal mengaku UNS   hanya tinggal menunggu Surat Keputusan dari Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. “Tahun 2017 pemerintah menyiapkan 3 universitas yaitu Andalas, Universitas Brawijaya (UB), dan UNS  . Dari tiga itu hanya UNS   yang sudah siap.” ujar Jamal menambahkan.

Forum berlansung dengan antusias yang tinggi, terbukti dari banyaknya mahasiswa yang tidak mendapatkan tempat duduk dan harus duduk di lantai. Namun sesuai dengan kesepakatan awal yang dikemukakan oleh Kuncoro dimana pada jam 20.30 forum harus diakhiri dikarenanakan rektor dan jajaran yang juga perlu istirahat.

Forum akhirnya ditutup dengan permintaan dari Ihsan Fikri salah satu mahasiswa Fakultas Kedokteran yang meminta penandatanganan notulensi sebagai nota kesepakatan. Nota ini diadakan agar pernyataan pro mahasiswa yang selama ini dikemukakan  di forum tidak menguap begitu saja ujarnya. “Saya itu adalah bapakmu, kalian anaku mengapa kau paksa kan untuk menadatangani, saya berat dan  saya tidak mau,” Ujar Jamal memberi tanggapan.

Jamal menyebutkan bahwa mahasiswa adalah anaknya yang akan diraih dan dilindungi. Maka ia tidak mau menadatangani notulensi. “ketika saya mengingkari (pernyataannya-red) maka tolong diingatkan,” pesan Jamal menutup forum malam itu.  

Usai Forum, kepada VISI Elang menjelaskan penandatanganan notulensi bertujuan memastikan yang disampaikan jajaran rektorat benar-benar di laksanakan. Meski menyayangkan keputusan Jamal untuk tidak menandatangani notulensi, Elang cukup mengapresiasi pihak rektorat yang sudah bersedia menerima aspirasi mahasiswa bahkan menjanjikan adanya forum serupa akan kembali diadakan. “kita tidak menutup kemungkinan dari adanya press release dari berbagai pihak sebagai tanda bahwa beliau sudah menyatakan hal-hal tersebut. Harapannya, pakta integritas yang tidak ditandatangai bukanlah penghalang ” ungkap Elang.

Walaupun dengan pernyataan seperti itu, di akhir wawancara Elang juga mengamini bahwa tanpa adanya kesepakatan hitam diatas putih, mahasiswa hanya bergantung pada janji yang disampaikan rektor. (Dania)


SHARE THIS

0 Comments: