Rabu, 01 Mei 2019

6000 Penari Dalam Satu Harmoni

Mengangkat tema "Gegara Menari", ISI Surakarta kembali menyelenggarakan 24 Jam Menari pada Senin-Selasa (29-30/04/2019). (Dok. VISI/Rizka)
Lpmvisi.com, Solo - Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta kembali menghadirkan acara peringatan World Dance Day ke-13 yang diselenggarakan pada 29-30 April 2019.

Bertajuk 24 Jam Menari acara tersebut diberi tema "Gegara Menari" dengan tagline “Urip Mawa Urup, Urip Hanguripi” atau yang berarti “hidup dengan semangat, hidup memberi hidup”. Sebuah ungkapan yang seakan menggambarkan bahwa tari adalah suatu unsur yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat serta menghidupi masyarakat.

Acara ini diikuti oleh lebih dari 6000 penari dari 191 kelompok yang datang dari berbagai daerah di Indonesia seperti Yogyakarta, Tangerang, Pacitan, hingga Lampung, dan juga dari mancanegara. Sesuatu yang terbilang unik dari pagelaran tersebut adalah adanya 6 orang penari yang terus menggerakkan tubuhnya selama 24 jam tanpa berhenti. Dimulai dari 29 April pukul enam pagi dan berakhir keesokan harinya di jam yang sama.

Pagelaran yang terbuka untuk umum itu terbagi ke dalam lima titik, antara lain di depan Rektorat ISI Surakarta, Pandhapa Ageng G. P. H. Joyo Kusumo ISI Surakarta, Teater Kecil Gedung KRT Kusuma Kesawan, Teater Besar Gedung Gendhon Humardani, serta Teater Kapal. Untuk masuk kesana pengunjung tidak dikenakan biaya. Disana, para pengunjung juga dapat membeli berbagai hidangan kuliner dan juga merchandise yang dijual di berbagai stand yang telah disediakan oleh panitia acara. 
Salah satu kelompok Penari dari Sanggar Tari Kartika, Depok sedang melenggang diatas panggung menampilkan tariannya.


Acara tersebut bersalngsung meriah, terbukti dari antusiasme para hadirin yang datang menyaksikan. Salah satu pengunjung yang berhasil VISI wawancarai pada (29/04/2019) adalah Ika dari Pacitan. “Saya senang tahun ini bisa datang kesini untuk melihat pagelaran tari yang besar ini secara langsung,” ujarnya saat ditanyai perihal kesannya terhadap acara tersebut.

Cahya (13), salah satu peserta yang berasal dari Sanggar Cipta Budaya juga hadir untuk memeriahkan acara tersebut. Sanggar Cipta Budaya membawakan tiga jenis tarian yakni tari none nyentrik, puspa ligar dan engklek. “Kita pasang semua atribut untuk kostum dan make up ini sendiri,” tegasnya ketika berbincang soal persiapan tari yang dibawakannya kepada VISI.

Kegiatan tahunan ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk melestarikan budaya. Selain itu acara ini juga dapat memberikan semangat bagi generasi muda untuk semakin mencintai budaya lokal, khususnya budaya seni tari. (Rian, Rizka, Stella)


SHARE THIS

0 Comments: