Kamis, 08 Januari 2015

Sulitnya Penerjemahan Seri Pertama Supernova


Oleh: R. Ahmad Reiza M.

Dok.Internet
Judul: Supernova – Kesatria, Puteri, dan Bintang Jatuh
Jenis: Drama
Durasi: 131 menit
Sutradara: Rizal Mantovani
Naskah: Donny Dhirgantoro, Sunil Soraya, Dewi Lestari
Produksi: Soraya Intercine Films
Pemeran: Herjunot Ali, Raline Shah, Fedi Nuril, Hamish Daud, Arifin Putra, Paula Verhoeven

Terinspirasi dari dongeng tentang kesatria, puteri, dan bintang jatuh, sepasang pria gay membuat mahakarya setelah berikrar sepuluh tahun yang lalu ketika mereka saling mengakui orientasi seksualnya. Sebuah karya tulis berbentuk novel yang terbuat dari gabungan roman oleh Dimas (Hamish Daud), alumnus Sastra Inggris George Washington University dan kompleksitas sains dari Reuben (Arifin Putra) yang lulus dari Johns Hopkins Medical School. Supernova, nama cyber avatar rekaan Dimas-Reuben dalam kisah yang sedang mereka tulis ternyata ada di dunia nyata.

Kisah roman-sains Dimas-Reuben bercerita tentang kisah cinta segitiga yang tidak biasa, seorang eksekutif muda, Ferre atau Re (Herjunot Ali), yang mencintai Rana (Raline Shah) yang sedang jenuh dengan hubungannya bersama sang suami, Arwin (Fedi Nuril). Berawal dari wawancara yang diwarnai takdir—“Ini semua terlalu naif jika disebut kebetulan,” gumam Re—, hingga perselingkuhan Rana dengan Re yang harus terus menghindar dari Arwin setiap mereka bertemu. Tepat di akhir hubungan mereka, Arwin sudah mengetahuinya. Malah ia bersedia bercerai dengan Rana demi kebahagiannya. Namun Rana memilih meninggalkan Re dan memperbaiki hubungannya dengan Arwin.

Re pun patah hati dan bunuh diri. Pelatuk pistol revolver sudah ditarik, peluru pun meluncur. Beruntung takdir sedang tidak ingin membunuhnya. Sang tetangga, Diva (Paula Verhoeven), wanita paradoks berprofesi sebagai supermodel dan pelacur papan atas, akhirnya bertemu dengan Re. Tak disangka, mereka bertetangga. Dan pada suatu hari setelah mereka mengenal baik satu sama lain, Diva yang ternyata sang dalang cyber avatar itu memilih Re untuk melanjutkan pekerjaannya, sebagai sang Supernova.


Visualisasi seri Supernova yang pertama dengan tajuk Kesatria, Puteri, dan Bintang Jatuh karya Dewi ‘Dee’ Lestari mampu membuat penonton terpukau. Penerjemahan teks dari buku novel menjadi visual dalam film tampaknya sudah menjadi mainstream. Banyak sekali film yang diangkat dari novel, baik film Indonesia, maupun film Hollywood. Sesuai penilaian pribadi, film ini termasuk sukses sebagai film yang diangkat dari salah satu novel terbaik Indonesia.

Salah satu hal yang menggelitik adalah pada bagian prolog, dimana ada penjabaran sains yang memukau dengan animasi khas film dokumenter tentang luar angkasa. Juga teringat dengan salah satu pelatihan pembangunan karakter terkenal di Indonesia yang menggunakan narasi yang mirip dengan prolog film ini. Meski beberapa adegan lain, animasinya terasa tanggung, bahkan lebay.

Soraya Intercine Films mungkin ingin menjangkau pasar yang lebih luas, terbukti dengan eksekusinya yang lebih ‘ringan’ dari bobot novelnya. Patut diapresiasi, setidaknya banyak yang mulai mengerti arah cerita Supernova ini. Tapi tetap saja, beberapa teman masih belum menangkap inti cerita film ini. Ada lagi, “Mirip FTV,” kata seorang teman setelah menonton film ini. Dan pendapat pribadi sebagai penikmat serial Supernova, masih kurang terpuaskan.

Porsi tokoh Diva dalam film ini terlalu sedikit, hanya dominasi kisah-kasih-sembunyi-sembunyi Rana-Re dari Arwin terlalu banyak. Bahkan beberapa bagian yang dirasa berbobot pada novel pun dihilangkan. Seperti bagian Diva diundang sebagai juri lomba model anak-anak dan penampilan tokoh Gio, pacar Diva. Mungkin kemunculan Gio akan dilewati untuk seri berikutnya.

Salah satu yang perlu diperhatikan adalah dialog, para aktor dan aktris terlihat menghapal. Mungkin karena penyesuaian waktu dalam cerita di novel—pada awal 2000-an—dengan waktu dalam film yang kurang maksimal. Aktor yang dipilih sudah berperan dengan baik, namun disayangkan karena mereka menggunakan aktor dari lingkar Soraya Films. Menjemukan, sebab beberapa film yang belum lama ditayangkan diperankan oleh aktor yang sama. Berbeda dengan karya Dee selain Supernova yang justru lebih baik dari segi pemerannya. Kemunculan Paula Verhoeven juga masih kurang, mungkin karena ia masih baru menjadi pemeran film layar lebar.

Secara keseluruhan, film ini sudah digarap dengan cukup baik. Termasuk plus-minusnya. Penggarapan Soraya Films memang masih perlu diperbaiki, sehingga diharapkan untuk mampu mengeksekusi film seri berikutnya lebih apik.

SHARE THIS

0 Comments: