Minggu, 01 Oktober 2023

Kine Gelar Layar: Kesempatan Berdiskusi dengan Pelaku Film yang Terlibat

(Poster event Kine Gelar Layar Vol #1/Dok. Kine Klub FISIP UNS)


Lpmvisi.com, Solo - Mengusung tema “Ragam Budaya dalam Bingkai Sinema”, Kine Klub FISIP UNS yang diketuai oleh Naufal Ryanda Putra menghadirkan Kine Gelar Layar Vol #1 yang merupakan pemutaran film-film karya lokal dan dilanjutkan dengan diskusi santai bersama pelaku film yang terlibat. Acara ini digelar di Hutan FISIP (Hufis) UNS pada Sabtu (30/09) dan dimulai pukul 18.00 WIB. 


Pembicara pada acara ini juga tidak kalah menarik, menampilkan orang-orang yang terjun langsung di industri perfilman yaitu Ahmad Faiz (Sutradara film Basiyat: Bathe My Corpse with Wine), Riandhani Yudha. P (Sutradara film Maramba) dan Aldo Fredo (Sutradara film Bara Api Sriwedari). Event ini mampu menarik minat para penonton baik dari mahasiswa FISIP maupun umum. Salah satunya yaitu Effieta (19) mahasiswi Sosiologi UNS yang menjelaskan ketertarikannya pada acara ini. "Kita bener-bener dibawa ke nuansa bioskop, bahkan ada popcorn dan lain-lain. Terus acaranya juga seru banget kita dipertontonkan tiga film dokumenter yang mengusung tema budaya," ujarnya.


(Pemutaran film pada event Kine Gelar Layar Vol #1/Dok. Nabila dan Afifah)


Pada sesi diskusi, Riandhani Yudha menceritakan pengalaman menarik ketika syuting film Maramba yang butuh waktu sekitar 4 jam dari bandara untuk sampai di desa tersebut. "Jadi di hari persiapan saya keluarin kamera, itu mau diparang. Karena ternyata memang budaya ini ga boleh didokumentasikan, harus melalui upacara Marapu namanya. Upacara Marapu itu, bisa tau diterima atau tidak dari hati ampela babi atau ayam. Jadi ada 13 dukun dari desa tersebut yang membaca, aku diterima atau ga syuting di situ," ujarnya. 


(Suasana diskusi film dengan pembicara/Dok. Nabila dan Afifah)


Ketiga pembicara juga memberikan pesan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembuat film. “Bikin film itu menyenangkan, aku selalu mengkampanyekan itu. Kalau kalian ragu tapi punya hasrat, bikin aja dulu. Melalui bikin film kita bisa ketemu banyak crew, talent juga beda-beda tiap filmnya. Dari pengalamanku film sangat membuat hidupku berwarna,” ungkap Aldo Fredo.


“Membuat film itu entah itu dari segi pra, pro, sampai pasca itu seperti membuat resep masakan, ada ramuannya. Ketika festival jadi takar pencapaian kamu meskipun festival bukan pencapaian dan kamu submit dirimu belum masuk, berarti resepmu masih kurang. Untuk membuat film yang bagus harus menonton film yang bagus dan mengolah ide cerita. Ide cerita bagi seorang pencipta film itu seperti etalase. Ketika kamu punya banyak bahan tapi tidak ada etalasenya, orang tidak tahu produk mana yang dibeli,” ujar Ahmad Faiz ketika memberikan closing statement.


“Bikin film dari keresahan kalian, karena dari keresahan kalian akan jadi pembeda dari film-film maker lainnya. Terus berkarya dengan jujur karena karya itulah yang nanti menuntun kalian akan kemana,” ujar Riandhani.


Petrus Pandu Manunggal Ingsun Sejati yang merupakan ketua pelaksana juga sempat menyampaikan persiapan dibalik event ini. Ketika diwawancara LPM VISI, Ia mengungkapkan bahwa acara ini sudah dipersiapkan sekitar awal bulan Juni kira-kira selama tiga bulan. Pandu juga menjelaskan struggle yang dialami selama persiapan. Salah satunya karena ia pertama kali menjadi ketua pelaksana dan Kine Klub juga pertama kali mengadakan acara seperti ini, mereka harus belajar sendiri. “Tapi juga cari relasi buat nanya-nanya, kita juga ke Jogja khusus belajar bagaimana sih bikin pentas film langsung ke JAFF (Jogja-NETPAC Asian Film Festival),” ujarnya. Ia juga berpesan bahwa benar sinema itu kekuatan yang besar dan bisa mempromosikan segala hal contohnya budaya. Sangat penting untuk mengapresiasi dan mewarisi film-film yang ada. (Afifah, Nabila, dan Yesyka)



SHARE THIS

0 Comments: