Pangi Syarwi Chaniago, salah satu pembicara, sedang memaparkan materi dalam Seminar Nasional Diplonary 2018 pada Minggu (11/11/2018). (Dok. Pribadi) |
Lpmvisi.com, Solo − Himpunan Mahasiswa Diploma (HMD) Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) baru
saja melaksanakan Seminar
Nasional
Diplonary 2018 dengan tema “Peran
Pemuda dalam Mewujudkan Visi Indonesia Tahun
Emas 2045”. Terlihat dari atensi pengunjung yang hadir pada
Minggu (11/11/2018)−hampir memenuhi
seluruh Aula Gedung F Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS−Seminar Nasional Diplonary
2018 berlangsung sukses.
Di
tahun pertama penyelenggaraannya ini, Diplonary 2018 mengusung tiga subtema
sekaligus. Untuk subtema “Kemajuan Teknologi di Masa Depan”, Diplonary
2018 menghadirkan Krishna
Adityanga,
selaku CEO Skynosoft Portal Prime sekaligus Founder of Oorth, sebagai
pembicara. Dalam seminarnya, Krishna Adityangga membahas mengenai industri 4.0, era disrupsi, perkembangan teknologi yang menyesuaikan dengan kebutuhan sosial, hingga tantangan milenial ke depan.
Sedangkan
subtema kedua, yaitu “Menuju Politik yang Berkualitas”, Diplonary 2018 mengundang Pangi Syarwi Chaniago selaku Pengamat Politik dan Direktur Eksekutif Voxpol Center Reseach and Consulting. Pangi mengulik mengenai generasi milenal dan pentingnya
pengetahuan politik untuk menyaring isu politik menjelang Pilpres 2019.
Subtema
yang ketiga membahas “Berkembangnya
Jiwa Entrepreneur” yang dibawakan oleh Ken Handerson selaku Success Strategist, Property
Developer, sekaligus investor muda yang handal dalam memberikan motivasi agar milenial memiliki keberanian untuk memulai sebuah bisnis. Ken mengajarkan agar
generasi muda mau memulai langkahnya berbisnis dengan menyisihkan uang secara berkala. Ken pun memperkenalkan sistem Ikigai
serta sistem pengelolaan sederhana untuk memanajemen aset dan keuangan.
Anggita Widya, selaku Steering Committee
Divisi Acara Diplonary
2018, menuturkan pemilihan tema
Diplonary
2018 tidak
lepas dari akan hadirnya tahun
politik mendatang. Mahasiswi Program Studi (Prodi) Perpustakaan
FISIP UNS 2016 itu pun menjelaskan bahwa Diplonary
2018 merupakan acara
berskala besar pertama yang diselenggarakan oleh HMD FISIP UNS. Ia
menyebutkan, persiapan Diplonary
2018 telah dimulai sejak
bulan Maret lalu, dengan perancangan Grand Design, penentuan tema, pembicara, hingga pematangan
persiapan di bulan-bulan
selanjutnya.
Anggita
pun menceritakan beberapa kendala yang dialaminya bersama panitia dalam
penyelenggaraan program kerja terbaru HMD FISIP UNS ini. “Ada kendala yang terjadi, mulai dari pemilihan pembicara, dari segi dana, serta dari kepanitiaan juga banyak sekali kendalanya. Tetapi Alhamdulillah hari ini acara berjalan dengan lancar,”
jelasnya.
Diplonary
2018 mendapat respon
positif dari pengunjung. Salah satunya, Elvira, Mahasiswi Program Studi Bahasa Indonesia FKIP UNS. Ia berpendapat, “ini acaranya milenial banget ya, tentu aku
mendapatkan inspirasi di
dalamnya.”
Elvira
pun menilai konsep acara Diplonary
2018 mampu membantu permasalahan
anak muda saat ini. Namun, di sisi lain, Elvira mengkritik jalannya forum diskusi. Ia menyayangkan
terbatasnya microphone untuk penanya
serta manajemen waktu untuk
pembicara
dalam menyampaikan materi serta diskusi yang dirasa membuatnya kurang nyaman.
Senada
dengan Elvira, Isna yang berasal
dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pun merasa Diplonary
2018 sangat menginspirasi
pemuda, khususnya yang ingin menjadi entrepreneur. Isna juga mengaku terinspirasi dengan
kata-kata Ken Handerson yang menyebutkan bahwa sebagai pemuda kita harus dapat
memanfaatkan waktu dan tenaga.
“Ini sangat menginspirasi saya untuk tahu tentang bisnis,” kata Isna menekankan. Isna
pun berharap agar acara ini dapat
dipersiapkan dengan lebih baik terutama bagian teknis acara dan waktu yang
dapat diperpanjang, mengingat tema dan pembicara yang sangat menarik.
(Yuni, Atta)
0 Comments: