Minggu, 02 Juli 2017

Sekelumit Remeh Temeh dari Istana Pak Beye

Judul : Istana Bla Bla Bla (Dari Sedot WC sampai Sayembara Berburu Kucing) | Pengarang : Wisnu Nugroho Penerbit : Noura Books (PT. Mizan Publika) Dimensi 14x21 cm | Tebal  : 276 halaman Cetakan : Cetakan I Juli 2014

Oleh: Eko Hari Setyaji


Kucing di istana tidak memangsa tikus di istana karena sama-sama memburu sisa-sisa jamuan dan pesta di istana (Sayembara Berburu Kucing)

Dalam benak saya, telah ter-stereotype bahwa kucing adalah hewan yang bermusuhan dengan tikus dan hidupnya seolah-olah ditakdirkan untuk berburu tikus, akibat terlalu sering menonton serial kartun Tom and Jerry. Akan tetapi, dalam kehidupan sehari-hari seolah hal tersebut hanya karangan semata, sampai umur saya saat ini, saya belum pernah sama sekali melihat dengan mata kepala sendiri, kucing berburu tikus. Akan tetapi, pemandangan yang kerap saya jumpai ialah kucing hewan pemalas dan tak pernah mau berburu tikus – layaknya kodrat kucing di serial kartun Tom and Jerry – justru kucing dan tikus saling berebut jatah makan majikan atau orang yang rumahnya kerap disinggahi kucing.

Mungkin hal itu pula yang mengilhami kucing-kucing lingkungan istana kepresidenan tak mau menjalankan kodrat dengan semestinya, justru bekerjasama dengan tikus bahu membahu berburu makanan sisa jamuan dan pesta di istana kepresidenan periode 2004-2009.  Jengkel dan jengah dengan polah kucing di istana, sayembara berburu kucing  pun digaungkan. Petugas istana pun dikerahkan guna menangkap dan membersihkan kucing-kucing dari lingkungan istana. Usut punya usut, kucing tersebut bukanlah kucing yang secara khusus dipelihara penghuni istana maupun Pak Beye sekaluarga, melainkan ialah kucing-kucing terlantar yang dibuang majikannya di sekitar Monas dan berkumpul ke istana karena mencium aroma sedap makanan sisa jamuan dan pesta disana. Walhasil, sayembara pun sukses menurunkan populasi kucing di Istana Kepresidenan.

Kucing sudah beres, tikus masih ada. Jika pemerintahan presiden Jokowi gencar mengkampanyekan pemberantasan tikus (baca: koruptor), maka pemerintahan Pak Beye membasmi tikus dalam makna sebenarnya. Untuk mengatasi permasalahan tikus istana, pegawai istana sampai membayar perusahaan asing guna menjaga kebersihan istana dan membasmi hewan sejenis tikus. Kedatangan petugas berseragam ISS yang bermarkas di Copenhagen, Denmark itu pun akhirnya mampu mengurangi populasi tikus yang berkeliaran di lingkungan istana.

Menjadi jurnalis Kompas di kompleks istana, Wisnu Nugroho tak hanya menjalankan kewajiban jurnalisnya, namun ia juga merekam sekelumit kisah Pak Beye, keluarga dan kabinet yang jarang terekspos publik. Hal-hal tidak penting yang sebenarnya turut andil sebagai kisah dibalik layar lahirnya kebijakan yang dikeluarkan pemerintahan Pak Beye dan kabinet selama dua periode (2004-2014) ditulisnya di buku ini.

Remeh Temeh

Wisnu menjabarkan kejadian-kejadian kecil menjadi seolah luar biasa penting – yang memang cocok dengan gaya pemerintahan Pak Beye “mementingkan hal-hal tak penting”. Sindiran tajam namun kocak menjadi ciri khas Wisnu yang bertebaran di sepanjang buku. Tentang Pak Beye yang gemar merombak kabinetnya, selalu berusaha menghapuskan KKN namun akhirnya menciptakan jabatan-jabatan baru bagi para kerabatnya, tentang hobi membentuk berbagai jenis “tim” dan “komite” yang seringkali berbenturan dengan tugas para anggota resmi kabinet.

Terdiri atas tiga plot yang terbagi menjadi: “Bla”, “Bla Bla”, dan “Bla Bla Bla”, Wisnu menulis 34 kisah remeh-temeh istana dengan sudut pandang jurnalis politik. Sifat Pak Beye yang seringkali jaim, reaktif menanggapi keluhan rakyat dan berita negatif di luar sana, serta kecenderungannya untuk melebih-lebihkan yang tidak perlu, digambarkan dengan sangat pas oleh Wisnu yang memang cukup lama menyaksikan sendiri keseharian presiden ke-6 kita ini. 

Mendapat cukup banyak komentar positif dari beberapa tokoh, buku ini cukup menarik dari segi ilustrasi, karena layoutnya yang variatif. Meskipun begitu, penempatan kutipan di beberapa bagian cerita terlalu memaksakan dari segi layout karena hanya untuk meminimalisir ruang kosong semata. 


“Karena banyaknya hal tidak penting, terjaganya hal-hal penting selama dua periode Pak Beye tidak perlu dikhawatirkan. Bukankah hal-hal penting akan tetap menjadi penting ketika banyak didapati hal-hal tidak penting? Seperti eksistensi orang suci yang terjaga karena hadirnya para pendosa”.

SHARE THIS

0 Comments: