Kamis, 24 November 2016

Museum Batik Danar Hadi, Ikon Pelestarian Batik di Kota Solo


(Dok. Internet)
Berawal dari keprihatinan dan minimnya apresiasi generasi muda terhadap kebudayaan, terutama batik, mendorong Santoso Doellah untuk mendirikan Museum Batik Danar Hadi. Museum yang terletak di Jalan Slamet Riyadi Nomor 261, Solo memiliki letak yang strategis sehingga mudah dijangkau wisatawan.

Kata Danar Hadi berasal dari gabungan nama istrinya, Danarsih, dengan nama ayah mertuanya Hadiprayitno. Bangunan museum ini dulunya dimiliki K.P.H Wuryaningrat. Oleh sebab itu, masyarakat biasa menyebutnya dengan Ndalem Wuryaningratan. Setelah dimiliki oleh Santoso Doellah, bangunan tersebut mengalami preservasi dan rekonstruksi sehingga dijadikanlah sebuah museum.

Museum Batik Danar Hadi memiliki 1078 koleksi kain batik kuno. Maka tidak heran jika museum tersebut menjadi tempat wisata yang sangat direkomendasikan oleh masyarakat. Hal ini  dibuktikan dengan diraihnya rating tertinggi  tempat wisata yang paling diminati di kota Solo. Museum ini sangatlah kental akan budaya dan kaya akan filosofi. Selain itu, museum ini juga pernah mendapatkan beragam penghargaan, diantaranya penghargaan dari Menteri Perdagangan Republik Indonesia sebagai pelestarian dan pengembangan kain nasional tahun 2005.

(Dok. VISI/ Novi, Kurnia)
Selain beragam koleksi kain batik, Museum Batik Danar Hadi memiliki beragam daya tarik lain bagi wisatawan. Di sana, wisatawan dapat mendalami proses membatik dengan mengikuti workshop membatik, baik dengan teknik cap maupun tulis.

Hambatan
Tak ada gading yang tak retak, seperti itulah eksistensi museum batik ini. Adanya hambatan-hambatan seakan akan membatasi ruang gerak museum ini. “Pemerintah kota miriknya masa kita bawa-bawa brand sih, makanya plang petunjuk arahnya dilepas mungkin karena dikira promosi, padahal kita hanya memberi petunjuk arah bahwa disinilah Museum Batik Danar Hadi berada” tutur Ghea, supervisor Museum Batik Danar Hadi. Ghea juga menambahkan bahwa didirikannya museum tersebut bertujuan sebagai media pengembangan kebudayaan, pendidikan, dan sebagai destinasi wisata Kota Solo.

Sebagai museum milik perseorangan, sangat disayangkan apabila Museum Batik Danar Hadi dianak tirikan oleh pemerintah Kota Surakarta. Alangkah lucunya apabila obyek wisata yang paling diminati oleh wisatawan yang berkontribusi untuk melestarikan batik tidak ada petunjuk arahnya. Sehingga tak sedikit wisatawan yang kecelik. “Di Yogya, ada museum batik swasta yang didukung oleh pemerintah kota Yogyakarta, dari kantor pos sudah ada plang museum batik berapa kilo meter, hal inikan perlu di contoh oleh Pemkot Surakarta. Kalau ada alasan tidak mau menuliskan museum batik danar hadi karena disini ada kaitannya jualan, ya sudah ngga usah pake danar hadi. Museum batik thok. Karena satu-satunya museum batik di Solo, Danar Hadi, ujar Asti, Asisten Manager Museum Batik Danar Hadi saat ditanyai mengenai hambatan eksternal.

Namun tidak dipungkiri juga bahwasannya ada hambatan internal yang menghambat pengembangan museum. Menurut Asti, hambatan-hambatan internal yang dihadapi Museum Batik Danar Hadi diantaranya yaitu masih ada pihak dalam yang beranggapan bahwa museum hanya buang uang saja karena tidak bisa memasukkan uang banyak. Padahal, menurut Asosiasi Museum Internasional, fungsi utama museum adalah untuk memberikan pembelajaran serta membuka wacana tentang isi museum itu sendiri, terutama untuk generasi muda.

Kurang Apresiasi
Sebagai ikon pariwisata di Kota Solo, Museum Batik Danar Hadi mendapatkan apresiasi yang rendah dari masyarakat Solo. “Masyarkat Solo responnya rendah, kalau masyarakat luar malah tinggi. Yang luar negeri apresiatif sekali, banyak ulasan pengunjung yang bisa di liat di Trip Advisor dari pengunjung,” pungkas Astri. Ghea pula menambahkan, bahwa target wisatawan hanya dapat dicapai jika sudah masuk waktu peak season, seperti di bulan September sampai Desember. Menurut Asti, lemahnya apresiasi masyarakat terhadap budaya lokal menyebabkan Museum Batik Danar Hadi kurang mendapatkan perhatian masyarakat Solo.

Harapan
Sebagai sebuah institusi pelestari budaya, pihak Museum Batik Danar Hadi berharap bahwa mereka dapat “membumikan” museum dan budaya batik kepada masyarakat. “Saya ingin kalau ada suatu kegiatan atau undangan untuk Museum Batik Danar Hadi, anak-anak (petugas museum- red) saya suruh keluar, itukan menambah terkenalnya museum. Yang kedua saya ingin punya program paling tidak di kota Surakarta kita masuk ke SMK untuk memperkenalkan batik dengan cara membawa Compact Disk yang berisi proses pembuatan batik. Jangan sungkan-sungkan untuk mengundang kami sebagai narasumber untuk kaitannya seni kerajinan batik, kami ingin memajukan batik solo dengan pemahaman dan pengertian modern,” pungkas Asti. Asti pula menambahkan bahwasannya museum ini akan menyediakan kursi roda penyandang disabilitas untuk memberikan kemudahan akses. (Novi, Kurnia)

SHARE THIS

0 Comments: