Jumat, 04 April 2014

Ranah Keilmiahan, FISIP Butuh Penggerak

Dok Pribadi
Kampus sebagai tempat menimba ilmu, hendaknya menunjang kebutuhan mahasiswa berpikir secara kritis dan ilmiah. Di era informasi dan teknologi saat ini, mahasiswa cenderung memilih menghabiskan waktu senggangnya untuk mengakses gadget dibanding mengikuti kajian ataupun diskusi ilmiah. Hal itulah yang nampak di Public Space Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNS, Rabu (2/4). Sivitas akademika bergerombol membentuk kelompok namun tidak sedang berpikir ilmiah mengkaji isu-isu terkini. Beberapa diantaranya menunggu waktu jeda kuliah, sementara lainnya asyik berbincang mengenai berbagai hal. 


Menanggapi hal ini, Eti Setyarini (23) menuturkan iklim keilmiahan di kampus orange nya ini memang tergolong rendah, dan memerlukan perhatian khusus dari semua pihak. “Bukti riil-nya banyak mahasiswa yang enggan masuk UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa- red) keilmiahan, tidak banyaknya diskusi-diskusi nonformal yang ilmiah, bahkan prestasi keilmiahan juga rendah lho,” ujar wanita yang menjadi Runner Up Mawapres FISIP 2013 ini pada Visi, Kamis (3/4).

 
Eti, begitu ia kerap disapa, menjelaskan penyebab kondisi ini sangat kompleks dan beragam. “Yang pertama tidak ada figur kesuksesan di bidang ilmiah yang dapat dijadikan teladan. Padahal itu sangat penting untuk memberikan motivasi bagi mahasiswa bahwa dunia keilmiahan sangat menarik,” tuturnya. Selain itu, tidak adanya penggerak, kurangnya dorongan aktif dari kampus, serta rendahnya kemauan dan kesadaran mahasiswa FISIP terhadap dunia keilmiahan juga menjadi kendalanya.

Lulusan terbaik dan tercepat tahun 2014 ini mengaku pernah bergerak aktif dalam mengembangkan ranah keilmiahan di kampusnya. Ia pernah mengikuti UKM keilmiahan, mengadakan diskusi ilmiah, dan bahkan beberapa kali menjuarai kompetisi ilmiah seperti debat ilmiah dan karya tulis. Namun, ia merasa belum berupaya maksimal menggerakkan mahasiswa untuk menyukai dunia keilmiahan. Menurutnya, menumbuhkan iklim keilmiahan di kampus amatlah penting. “Berpikir ilmiah kan ciri mahasiswa, jadi sangat perlu lah mahasiswa bersikap objektif dan berorientasi untuk hal-hal kebaikan dan kebenaran. Harapannya iklim keilmiahan di kampus, akan menjadi bekal hidup bermasyarakat,” ungkapnya.


Wanita asal Purworejo ini berharap pihak kampus dapat mendorong mahasiswanya untuk mengikuti lomba-lomba dan kegiatan keilmiahan melalui regulasi yang ketat. “Mahasiswa FISIP itu kebanyakan apatis terhadap dunia keilmiahan, sehingga perlu dorongan dari sistem. Dorongan ini bisa berupa kebijakan yang mampu menarik minat mahasiswa terjun di dunia ilmiah,” tandasnya. (Fatma)

SHARE THIS

0 Comments: