Jumat, 21 Maret 2014

Kampus ISI Solo, Aneka Kuliner Murah Meriah


 Dok. VISI/ Muna
WISATA MALAMSuasana jalan dalam kampus
 Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, Rabu (19/3) malam.
 Setiap malam lokasi ini dipadati oleh Pedagang Kaki Lima (PKL).
Tinggal di kota Solo, rasanya tak lengkap bila tak menikmati jalan-jalan malam. Kota budaya ini akan semakin terlihat indah pada malam hari. Salah satu yang patut dicoba adalah suasana kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Solo. Pada malam hari, kampus yang beralamat di Jalan Kihajar Dewantara, Jebres  ini bisa menjadi destinasi wisata kuliner  yang menarik untuk dijajal.

Mulai sore hari, sepanjang jalan depan dan tengah  kampus di Kota Bengawan ini sudah dipadati oleh para Pedagang Kaki Lima (PKL). Dari penjual makanan ringan hingga aneka minuman berjajar rapi di sepanjang jalan. Salah satunya penjual bakso bakar asal Semanggi Solo, Suwondo. Pria yang suka menggunakan topi ini mengaku telah berjualan bakso selama tiga tahun.

“Saya berjualan bakso bakar di sini (area kampus ISI- red) sudah sekitar tiga tahun. Sebelumnya kakak saya yang berjualan di sini, jadi saya ikut-ikutan,” ungkap pedagang yang sering dipanggil Wondo ini saat ditanya mengenai alasannya memilih area kampus ISI untuk berjualan.

Selain karena terinspirasi oleh teman-temannya yang sukses menjadi juragan bakso bakar lanjut Wondo, menurutnya minat masyarakat sekitar kampus ISI terhadap bakso bakar masih tinggi. Meskipun tak hanya dirinya yang berjualan bakso bakar, namun tak tanggung-tanggung, dalam sehari Wondo bisa menjual 300 tusuk bakso Bakar. Pelanggannya paling banyak datang dari kalangan mahasiswa.

Masakan Jepang
Tak hanya bakso bakar, pengunjung juga dapat menemukan makanan khas negara ‘matahari terbit’. Olahan masakan Jepang seperti takoyaki, tomadhaci, dan mie Ramen bisa didapatkan dengan harga yang sangat terjangkau. Setidaknya ada tiga PKL yang menjajakan dagangan makanan Jepang-nya di dalam mobil yang sudah dimodifikasi. Agus Prianto (36) salah satunya. Ia baru satu bulan berjualan masakan Jepang.

“Baru satu bulan saya jualan makanan Jepang ini. Sebelumnya saya jualan potato twist. Yah, saat ini lagi nyari-nyari pelanggan baru,” ujar Agus sembari melayani pesanan Mie Ramen dari pelanggannya.

Ada empat menu makanan yang Agus jual di kedai mobil miliknya, yakni takoyaki, okonomiyaki, sushi, dan mie ramen. Selain itu ada juga minuman sejenis espresso dingin berbagai rasa dengan pilihan isi choco chips atau cocholate bubble. Harga yang harus dibayar lumayan murah. Semangkuk Mie Ramen yang biasa dijual puluhan ribu rupiah, di kedai PKL milik Agus ini pembeli hanya perlu membayar Rp 12.000,-. Sedangkan untuk satu porsi takoyaki masih sama dengan harga umumnya Rp 10.000.

Meskin demikian, pelanggan bisa mendapatkan harga lebih murah lagi jika menjadi member kedainya yang diberi nama Monster Takoyaki. Setiap member bisa menikmati discon 10 persen sepanjang tahun untuk pembelian takoyaki dan okonomiyaki.

“Pelanggan yang memilki kartu member akan mendapat banyak keuntungan. Misalnya kalau member lagi ulang tahun saya akan kasih Takoyaki secara gratis. Yah, bagi saya ini adalah satu cara untuk menarik pelanggan. Inilah bedanya PKL saya dengan PKL lainnya,” aku Agus.
Dok.Visi/ Muna. PKL menggunakan mobil yang dimodifikasi untuk berjualan

Jika pengunjung ingin menikmati makanan dan minuman lain yang juga murah meriah, ada puluhan PKL dengan menawarkan kuliner bervariasi. Diantaranya ada es cream cone, jagung manis, burger, roti maryam, tahu mercon, dan aneka minuman buah. Bagi pengunjung yang ingin makam malam tradisional ala kota Solo, juga dapat mengunjungi berbagai angkringan yang berderet di sepanjang trotoar depan kampus ISI tersebut.



Tongkrongan Mahasiswa

Mayoritas orang yang datang ke area kampus ISI saat malam hari ini memang bertujuan untuk mencari jajanan malam. Prima misalnya, Rabu malam lalu ia sedang tertarik untuk membeli satu porsi Ramen. Siswa kelas XII SMA 8 Solo ini memang kerap mampir ke ISI untuk membeli makanan.



Berbeda dengan Prima, Amel Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) UAB Solo lebih memilih menikmati suasana malam di kampus ISI dengan duduk-duduk di taman depan pendopo. “Saya sama teman-teman sering kesini untuk nongkrong-nongkrong aja. Soalnya suasananya nyaman,” tuturnya.

Taman di depan pendopo ISI ini memang sering digunakan berkumpul oleh kawula muda yang mayoritas mahasiswa. Selain ada area yang nyaman untuk duduk-duduk bersama, di tengah-tengah taman tersebut juga ada tempat yang sering digunakan untuk pertunjukkan seni kecil-kecilan. Karena letaknya yang bersebelahan dengan kampus Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, tempat jajanan kuliner mala mini juga kerap dikunjungi oleh mahasiswa-mahasiswa UNS. (Muna)
 




SHARE THIS

0 Comments: