POSTINGAN TERKINI

6/recent/LPM VISI

Eleutheria Gelar Diskusi Soal Performative Activism: Saat Ruang Aksi Jadi Panggung Aktualisasi

(Acara Diskusi Eleutheria pada Kamis (19/6) / Dok. Nuha)

Lpmvisi.com, Solo — Eleutheria, Angkatan 2024 Mahasiswa Hubungan Internasional UNS, menggelar forum diskusi terbuka bertajuk “Ketika Forum Jadi Panggung: Mengkritisi Nalar dan Aktivisme di Ruang Mahasiswa” pada Kamis (19/6), pukul 15.00 WIB bertempat di Hutan FISIP. Acara ini hadir sebagai respons terhadap fenomena yang makin mengemuka di lingkungan akademik, yakni menjamurnya praktik performative activism—di mana semangat aktivisme terkadang lebih berorientasi pada pencitraan dan eksistensi ketimbang substansi dan keberlanjutan gagasan.

Diskusi ini menghadirkan seorang pembicara utama, yaitu Afrizal, S.Sos., M.Sos., Dosen Hubungan Internasional FISIP UNS. Dalam forum ini, beliau mengajak mahasiswa untuk merefleksikan kembali posisi forum diskusi sebagai ruang nalar dan bukan sekadar wadah untuk mencari pengakuan diri. “Harusnya diskusi bertujuan untuk memberi dampak, bukan menjadi panggung aktualisasi,” ungkapnya sebagai pemantik diskusi.

Kendati demikian, beliau menekankan bahwa aktualisasi diri dalam forum diskusi merupakan hal yang bersifat abu-abu dan tidak selalu dapat dikategorikan sebagai sesuatu yang keliru. Menurutnya, dorongan untuk mengekspresikan diri justru bisa menjadi pintu masuk bagi seseorang untuk mulai tertarik terlibat dalam ruang diskusi. Oleh karena itu, ia menilai penting adanya pembentukan kesadaran kolektif di kalangan mahasiswa agar pola pikir terhadap forum tidak hanya terjebak pada performa, melainkan dapat beralih pada substansi kegiatan.

Rafisa (19), salah satu panitia diskusi, menyampaikan bahwa performative activism kerap terjadi pada ruang-ruang diskusi. “Sering kali forum diskusi dijadikan tempat bagi teman-teman malah tampil unjuk diri, bukan fokus ke isunya,” ujarnya. Melalui forum ini, Eleutheria ingin menyampaikan pesan penting: aktivisme lahir dari proses berpikir kritis dan komitmen terhadap perubahan, bukan dari keinginan tampil atau menjadi terkenal. Dengan adanya diskusi tersebut, Eleutheria mengajak segenap mahasiswa untuk menyelami kembali makna forum yang sejati, yakni sebagai ruang perlawanan, perenungan, dan pertukaran gagasan bukan sebatas panggung aktualisasi diri.

Tak hanya mengangkat isu performative activism, acara ini juga dikemas dengan nuansa ekspresif. Penonton disuguhi penampilan spesial pembacaan puisi oleh Okki Munanda serta penampilan akustik oleh IR Music Accoustic Performance, menciptakan suasana diskusi yang hangat. Shofi (20) salah satu penonton diskusi menyampaikan antusiasmenya pada acara kemarin. “Acaranya sangat bermanfaat. Awalnya, saya berpendapat jika mahasiswa menggunakan forum atau organisasi hanya untuk unjuk diri atau mencari validasi sosial, hal itu bisa mengubah makna partisipasi mahasiswa, yang seharusnya muncul dari kesadaran bersama dan semangat berpikir kritis. Namun, setelah mengikuti forum sore hari kemarin, pandangan saya mulai bergeser. Ternyata, sah-sah saja jika forum dimaknai sebagai panggung ekspresi diri. Bisa jadi, mahasiswa yang tampak "unjuk diri" justru sedang berproses–melatih keberanian bicara di depan publik, membangun kepercayaan diri, atau meningkatkan nilai diri di hadapan audiens.” ujarnya. (Bilqis)

Posting Komentar

0 Komentar