(Cover paperback US dari novel How Do You Live? karya Genzaburo Yoshino / Dok. Amazon) |
Judul Buku : How Do You Live? (Kimitachi wa dou ikiru ka?)
Penulis : Genzaburo Yoshino
Penerbit : Algonquin Young Readers
Tahun Terbit : 2023 (PB US)
Penerjemah : Bruno Navasky
Desain Cover : Laura Williams
Kota Terbit : New York
Jumlah Halaman : 280 halaman
Nomor Edisi Terbit : 978-1-64375-307-2
“The world is full of people who are not bad, but weak, people who bring unnecessary misfortune upon themselves and others for no reason but weakness. A heroic spirit that’s not devoted to human progress may be empty and meaningless, but goodness that is lacking in the spirit of heroism is often empty as well.” (pg. 179)
How Do You Live? menjadi begitu terkenal secara global ketika Hayao Miyazaki, pendiri Studio Ghibli, mengumumkan akan menggunakan buku ini sebagai inspirasi utama film terbarunya ‘The Boy and the Heron’ yang tayang tahun 2023 kemarin. Pertama kali terbit di tahun 1937 di Jepang, karya penulis Genzaburo Yoshino ini sudah sejak lama menjadi karya sastra populer dalam bacaan klasik bagi para remaja Jepang. Novel ini berpusat pada Honda Jun’ichi, remaja 15 tahun yang akrab dipanggil Copper oleh teman-teman dan pamannya. Hidup di era bayang-bayang Perang Dunia II, Copper baru saja kehilangan ayahnya yang merupakan seorang eksekutif bank dan harus menghadapi perubahan besar dalam hidupnya. Di tengah perjalanannya menuju kedewasaan, ia menerima surat-surat dari sang paman, sosok panutan yang menuliskan berbagai pemikiran filosofis dan nasihat hidup untuk Copper dengan gaya naratif orang pertama. Nama panggilannya, yang terinspirasi dari Copernicus, menjadi simbol bagaimana Copper melihat bintang-bintang dan menggunakan pengamatan tentang langit, bumi, serta sifat manusia untuk mencari jawaban atas pertanyaan besar dalam hidupnya; tentang bagaimana dia akan hidup.
Buku ini juga mengajarkan bagaimana sifat alamiah manusia yang berpikir dirinya sebagai pusat bagaimana semesta bekerja adalah sesuatu yang merusak kemajuan peradaban manusia. Hal ini dikaitkan dengan pandangan Copernicus, pencetus matahari sebagai pusat tata surya, terhadap alam semesta. Melalui Copernicus kita dapat belajar untuk memberikan perhatian terhadap sekitar, membuka diri kita kepada alam dan kepada fakta-fakta di luar sana yang mungkin jauh dari nilai-nilai yang sebelumnya kita pegang. Namun, hal itu tetap merupakan realita. Ketika manusia terlena dalam pola pikir egosentris, mereka menjadi buta terhadap fakta dan lebih mementingkan kepentingan pribadi. Ketika kita berpegang teguh bahwa bumi kita sendiri adalah pusat alam semesta, maka umat manusia tidak akan dapat memahami sifat sejati alam semesta itu sendiri.
Genzaburo Yoshino sendiri tidak menganggap karyanya ini sebagai novel biasa, melainkan sebagai panduan etika dan pemikiran progresif pada zamannya. Melalui surat-surat sang paman, ia ingin membimbing Copper serta para pembaca untuk tumbuh menjadi pribadi yang bijak dan bermoral. Buku ini terasa seperti kombinasi self-help dan fiksi, terasa menyentuh, relevan, dan penuh renungan tentang bagaimana menjadi manusia yang utuh di zaman modern meskipun buku ini berumur hampir satu abad. Rasanya seperti membaca sebuah kisah, kemudian langsung diberi tahu arti dan maksudnya, tetapi dengan cara yang lebih menakjubkan dan luar biasa. Buku ini berisi tentang segala hal; ilmu pengetahuan, filsafat, bahasa, sejarah, dan hal lain yang pada intinya tentang segala hal yang harus kita tinjau kembali dan renungkan dalam hidup kita. Meskipun ditargetkan untuk remaja, tidak ada kata terlambat untuk memulai membaca buku ini. Pembawaan kisahnya juga masih sangat cocok dibaca oleh orang dewasa.
Hal menarik lainnya dari buku ini adalah fakta bahwa pada tahun 1942 karya ini sempat menghadapi sensor dan ditarik dari peredaran karena kritik-kritik implisit terhadap suasana politik dan ekonomi Jepang pada masa itu. Pada tahun 1930-an, Jepang dipimpin oleh kediktatoran fasis yang membawa negeri sakura ini menuju Perang Dunia II. Oleh karena itu, pemerintah Jepang mengesahkan Undang-Undang Penjagaan Keamanan Publik. Aturan ini menyebutkan bahwa siapa pun yang mengatakan atau menulis hal-hal kritis terhadap pemerintah, dianggap anti-kapitalis, atau bertentangan dengan 'esensi nasional', akan dilabeli melakukan tindak kejahatan. Sebuah cabang khusus dari kepolisian dengan nama Tokkō atau ‘Thought Police’ memata-matai kelompok politik dan menangkap ribuan orang karena ide-ide progresif yang mereka suarakan, terutama yang tertarik pada sosialisme dan komunisme. Yoshino sendiri dikenal sebagai pemikir progresif, ia pernah dipenjara selama delapan belas bulan karena keterlibatannya dengan kaum sosialis. Hal ini menjadi salah satu alasan kuat mengapa pada akhirnya buku ini ditarik dari edaran. Kemudian pada tahun 1945, Thought Police Jepang mengizinkan kembali peredaran buku ini, tetapi dengan syarat menghilangkan kritik kapitalis dan cita-cita yang tidak sesuai nilai patriotisme pada saat itu.
Meskipun begitu, buku yang diedarkan sekarang adalah versi orisinalnya. How Do You Live? diterbitkan ulang dalam bentuk aslinya sebelum Shoichi Haga membuat adaptasi manga pada tahun 2018 yang terjual sebanyak dua juta eksemplar. Bisa dibilang inilah awal mula kebangkitan buku ini. Fakta-fakta sebelumnya hanya menambah keindahan bagaimana buku ini dibentuk dengan baik. Di tengah-tengah pelajaran tentang seni, filsafat, ekonomi, dan budaya Jepang, terdapat kisah laten tentang era otoriter saat novel ini ditulis dan sebuah kisah peringatan yang subversif bagi generasi masa depan tentang pentingnya pemikiran humanis bagi masyarakat yang akan terus berkembang di bagian dunia manapun.
How Do You Live? berangkat dari eksplorasi perspektif kemanusiaan daripada sekadar mengajarkan bagaimana cara berpikir. Pada dasarnya ketika kita bertanya pada diri sendiri bagaimana cara kita hidup itu adalah tentang bagaimana kita memperlakukan orang lain termasuk diri kita sendiri. Buku ini mengajarkan betapa luasnya dunia ini dan oleh karena itu mengajarkan kita untuk memberikan kontribusi sekecil apapun itu kepada dunia dan umat manusia. Karya Genzaburo Yoshino ini adalah permata sastra yang terus bersinar terang. Eksplorasi makna hidup, pengetahuan, serta pentingnya empati dan kasih sayang menjadikannya bacaan wajib bagi siapa pun yang ingin menghargai sastra tak lekang oleh waktu ini.
(Review Oleh: Alya Zaskia)
0 Komentar