Minggu, 27 September 2015

Hidjo dan Prinsip dalam Kisah Klsik Hindia-Belanda

Oleh: Chairunnisa Widya 


Judul Buku      : Student Hidjo
Penulis             : Marco Kartodikromo
Negara             : Hindia Belanda
Bahasa             : Indonesia, Melayu
Genre              : Novel Drama
Penerbit           : Yogyakarta; Penerbit Narasi
Tahun terbit     : 2015, Cetakan Kedua
Halaman          : 140 halaman

Student Hidjo adalah novel karya Marco Kartodikromo yang sudah diterbitkan sejak tahun 1918. Hanya saja pada waktu itu karya sastra ini dipublikasikan sebagai serial di surat kabar Sinar Hindia. Akhirnya, pada tahun 1919 dibukukan menjadi novel oleh Masman dan Stroink. Pada tahun 2010 dicetak kembali oleh Penerbit Narasi.
Menceritakan Hidjo, anak dari saudagar pribumi Jawa sukses yang berparas rupawan dan berotak cerdas. Menyadari kecerdasan yang diberkahi Tuhan kepada Hidjo, Raden Patronojo, ayahnya berniat menyekolahkan Hidjo di sekolah ingeniuer yang ada di Belanda, negeri yang tidak mempedulikan batas pergaulan antara lelaki dan perempuan. Banyak pemuda Jawa berubah sikapnya setelah bersekolah di Belanda, terutama yang berkaitan dengan masalah perempuan. Hal ini yang membuat sang ibu, Raden Nganten Patronojo, menjadi begitu khawatir terhadap putra tunggalnya. Mengingat Hidjo sudah dijodohkan dengan Raden Ajeng Biroe, sang Ibu takut Hidjo akan tergoda dan jatuh hati pada gadis Belanda.
Berbeda dengan sang ibu, Raden Ajeng Biroe justru ikhlas melepas kepergian Hidjo yang hendak bersekolah di Belanda, meski berat untuknya. Akhirnya ia berangkat ke negeri Belanda demi menuntut ilmu setinggi-tingginya, sesuai dengan keinginan dan harapan ayahnya.

Keberangkatan Hidjo ke Belanda inilah yang menjadi tanda dimulainya kisah perjalanan hidup dan asmaranya yang tak seperti bayangannya selama ini. Di Belanda ia diterima dan diberi perlakuan yang begitu baik oleh masyarakat. Hidup di Belanda membuat Hidjo sadar kalau kondisinya tak jauh berbeda dengan saat ia di Hindia. Ada orang berpangkat, ada orang biasa saja. Tidak semuanya jahat seperti para penjajah di negerinya. Sampai suatu ketika, prinsip yang teguh dipegang Hidjo, goyah juga. Ia mulai menjalin kisah asmara dengan Betje, anak perempuan dari keluarga yang ia tumpangi selama hidup di Belanda. Kisah cinta yang ia jalani diam-diam ini menjadi pergolakan batin baginya. Terlebih ketika ia mendapat surat dari Biroe, Woengeo, dan Wardojo yang saat itu sedang di Djarak. Jalinan asmara dengan Betje dan ikatan Hidjo dengan negerinya membuatnya menjadi kluisenaa untuk mengembalikan ketenangan batin.
Saat gejolak dan pemulihan batin dialami oleh Hidjo, ada kejutan lain dari Hindia. Perjodohannya dengan Biroe dibatalkan. Batalnya perjodohan Hidjo dengan Biroe, justru menjadi masa depan yang lebih cerah bagi keduanya, termasuk keluarga mereka. Di tengah kisah hidup Hidjo yang tak mudah, diceritakan kisah seorang lelaki Belanda yang baik hati, Willem Walter, namun pengecut dalam menjalani kisah cintanya. Kisah cinta Walter dengan Jet Roos menambah warna kisah percintaan dalam novel Student Hidjo.
Latar belakang sejarah dalam Student Hidjo begitu klasik. Bahkan banyak pengetahuan yang dapat diambil dalam novel ini. Karakter orang Belanda yang tak semuanya seperti penjajah, menjadi pandangan baru bagi kalangan pribumi. Tak hanya memperluas wawasan, moral pun diajarkan dan dimuat dalam novel ini secara tersirat.
Disajikan dengan baik, sehingga mudah dipahami dan tidak menyusahkan pembaca dalam memahami bacaan ini. Percakapan antar tokoh yang mengandung kosakata bahasa Belanda diberi catatan kaki yang jelas, sehingga pembaca tak perlu kerepotan untuk mengetahui maksudnya.
Sayangnya, novel ini kurang detail dalam menceritakan di beberapa kisah dan bagian akhir cerita yang begitu singkat. Seakan-akan sang penulis terburu-buru mengakhiri kisahnya. Kalau cerita ini diangkat menjadi film, tak akan menjadi masalah yang besar. Karena ini novel, dimana pembaca membuat theater of mind, kesan yang didapat saat membaca pada dua bab terakhir seakan-akan dibiarkan berimajinasi tanpa arah ketika Hidjo meninggalkan Betje.
Pesan penting yang ditangkap dalam novel ini adalah bahwa segala sesuatu dalam kehidupan kita, baik dan buruknya, telah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Terkadang apa yang sudah kita tentukan saat ini, bisa jadi bukan yang seharusnya kita jalani di masa depan seperti jodoh Hidjo yang ternyata bukan Biroe, dan profesi Hidjo bukanlah ingeniuer, melainkan jaksa di Djarak. 

Student Hidjo hanyalah sebuah novel. Namun novel yang dibuat oleh Marco Kartodikromo ini mampu memberikan banyak pelajaran hidup dan wawasan yang terkait dengan kehidupan manusia. Novel ini adalah bacaan yang direkomendasikan kepada para pembaca yang tertarik dengan fiksi berlatar belakang sejarah Hindia-Belanda. Disarankan untuk sudah memahami ejaan lama, agar tidak kesulitan saat menikmati novel ini.

SHARE THIS

0 Comments: