Rabu, 16 Mei 2018

Pentas Bikin-Bikin XXIII, Edukasi Politik dalam Drama

Salah satu adegan dalam pementasan teater dalam Pentas Bikin-Bikin XXIII pada Senin (14//05/2018). (Dok. VISI/Rifa)

Lpmvisi.com, Solo − Teater SOPO Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) kembali menggelar pementasan teater bertajuk Pentas Bikin-Bikin XXIII dengan tema “SOPO Berkarya”. Tak hanya menyajikan hiburan bagi penonton saja, Pentas Bikin-Bikin XXIII juga menyisipkan edukasi politik dalam pementasannya. Digelar dalam lingkup fakultas, pementasan teater tersebut berlangsung mulai pukul 19.30 WIB di Hutan FISIP pada Senin (14/05/2018).

Tema “SOPO Berkarya” diangkat bukan tanpa alasan. Sarah Dhiba Ashari selaku Stage Manager menyebutkan bahwa panitia memilih tema tersebut dengan maksud tertentu. “Yang dimaksudkan (dari mengambil tema “SOPO Berkarya –red) adalah (Teater SOPO –red) sebagai wadah dan merupakan karya pertama bagi anggota baru Teater SOPO,” jelas Sarah.

Ardea Ningtias Yuliawati, Pimpinan Produksi Pentas Bikin-Bikin XXIII, menyebutkan bahwa pentas tersebut digelar sebagai ajang latihan bagi para anggota baru. Ia menjelaskan, melalui pementasan tersebut, anggota baru Teater SOPO dapat belajar secara langsung mengenai proses pembuatan pentas teater.

“Dalam kegiatan ini, kami mencoba mengembangkan bakat dari anggota Teater SOPO di luar bidang akademik, seperti seni tata panggung, musik, dan drama,” tambah Andrea saat ditemui VISI.

Dalam aksinya, Teater SOPO menghadirkan dua karya cerita menarik dengan alur yang berbeda. Pada drama pertama yang berjudul “Lawan Catur”−disutradarai oleh Asrori Arrafat dengan penulis Kenneth Arthur−drama tersebut mengisahkan seorang ratu yang memiliki pemikiran tangguh dan pandai dalam berstrategi. Baik strategi perang, politik, maupun pemerintahan. Sang Ratu mempunyai hobi bermain catur untuk melatih kecerdasannya. Suatu hari, pemerintahannya menghadapi sebuah pemberontakan dan kisah ini pun berpusat pada bagaimana Sang Ratu menghadapi pemberontak tersebut.

Pada cerita kedua yang disutradarai Dimas Prasojo, dengan penulis Rudyaso Febriadhi, drama tersebut menceritakan lima orang cerdas yang terasingkan dari negaranya dan berupaya untuk melarikan diri menuju negara tetangga. Dalam perjalanan tersebut, terdapat berbagai konflik akan kepercayaan dan harapan antar masing-masing tokoh.

Bondan Kurniasih, salah satu penonton, mengaku menikmati dan merasa terhibur akan karya yang ditampilkan dalam Pentas Bikin-Bikin XXIII. “Pentas Bikin-Bikin XXIII dari Teater SOPO ini juga mendidik karena cerita yang dibawakan ada kaitannya dengan politik masa kini,” ungkap Mahasiswa Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi 2016 tersebut.

Dipentaskan selama lebih dari dua jam, rupanya proses persiapan pementasan tersebut menghabiskan waktu sekitar satu bulan lebih untuk pembuatan alat peraga dan latihan. Panitia pun memiliki beberapa harapan dalam penyelenggaraan Pentas Bikin-Bikin XXIII. “Harapan untuk Teater SOPO ke depannya lebih dikenal lagi serta dapat berkarya terus dan sukses selalu.” pungkas Ardea. (Rifa)


SHARE THIS

0 Comments: