Senin, 04 April 2016

Giving Friday, Berbagi Kebaikan Lewat Sekotak Nasi

Sekotak nasi dapat membuat perut kenyang. Namun dari sekotak nasi pula, ladang ibadah terbuka bagi siapa saja yang ingin berbagi dengan sesama.

Berangkat dari esensi tolong menolong kepada sesama, lahirlah sebuah komunitas sosial bernama Giving Friday (GF) Solo. Sesuai dengan namanya, komunitas ini fokus melakukan aksi sosialnya pada hari Jumat dengan membagi-bagikan nasi kotak kepada kaum dhuafa. Walaupun difokuskan untuk para dhuafa, namun terkadang mereka juga membagikan kepada tukang becak dan juga pemulung.

“Seminggu sekali kita bagi-bagi nasi kotak, kenapa dipilih hari Jumat karena hari jumat itu hari penuh berkah, makanya hari itu sangat baik untuk berbuat baik,” ujar Dahlia Oktoriani, selaku ketua koordinator GF Solo, Sabtu (19/3).

Awalnya komunitas ini hanya terdapat di kota Jakarta, namun saat ini dapat kita jumpai di banyak kota besar di Indonesia seperti Lampung, Bandung, Palembang, Tasikmalaya, Jogjakarta dan Solo.

Terbentuk sekitar enam tahun yang lalu, tahun 2009, GF Solo merupakan bagian dari Komunitas Peduli Yatim Indonesia (KPYI). Pertama kali terbentuk dari gagasan ketua GF Jakarta, yaitu Pak Sandi yang mengajak kepada ibu-ibu orangtua dan wali murid dari siswa SD Al-Azhar 28 Solo Baru untuk menggelar kegiatan sosial, yang kemudian membentuk GF Solo.

Namun karena kesibukan anggotanya saat itu, GF Solo sempat vakum pada tahun 2011. Barulah di tahun 2012 komunitas ini kembali digalakkan dan berlanjut sampai sekarang.  “Dulu nasi kotak yang kita bagiin cuma jumlahnya 25, 30 gitu. Tapi terus berkembang sekarang sekali bagi bisa mencapai 100,” kenang Dahlia.

Dahlia juga mengungkapkan komunitas GF Solo tidak memiliki keterikatan anggota. Tidak ada syarat khusus bagi yang ingin ikut berpartisipasi, yang terpenting ikhlas. “Untuk donasi kami tidak mewajibkan, membantu membagikan nasi kotak saja juga boleh karena kadang kami kekurangan tenaga,” imbuhnya.

Dalam pemilihan tempat pembagian nasi kotak sendiri, GF Solo lebih memilih untuk berpindah pindah. Sebelum memulai aksi, mereka berkumpul di lokasi yang sudah ditentukan dan mulai melakukan aksi pada pukul 08.00 pagi. Tempat yang pernah dijadikan lokasi antara lain Gladak Langen Bogan, Lojiwetan, Kauman, dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo.

Suka duka

Walaupun konsep dari komunitas ini cukup sederhana, namun acapkali menemui kendala. Salah satunya masalah cuaca, yaitu hujan. Lokasi yang becek dan banyak genangan air juga cukup menyulitkan mereka. Namun hal itu tidaklah menjadi masalah berarti karena mereka selalu memegang motto “Niat, Lakukan, Lupakan”.

Respon yang beragam ditunjukkan oleh para dhuafa yang mendapatkan nasi kotak. Sebagian dari mereka terlihat jelas sangat senang, bersyukur dan berterimakasih dengan pemberian nasi kotak, bahkan ada yang langsung mengucapkan doa bagi para relawan GF Solo. Namun ada juga yang meminta nambah porsi sampai tiga kali.

 “Waktu itu kami bagi-bagi di TPA Putri Cempo, padahal kemarin malamnya hujan deras, jadi baunya mbak bisa bayangin, sampai-sampai kita gak doyan makan habis itu. Tapi alhamdulilah seneng ngeliat pemulungnya juga seneng dapat nasi kotak dari kita,” ungkap Dahlia ketika menceritakan pengalamannya saat melakukan aksi.

Hal lain yang menjadi kendala adalah social media. Selepas melakukan aksi itu, Dahlia mengunggah foto serta caption yang berisikan aksi GF Solo pada hari tersebut. Tidak jarang orang yang melihat unggahan tersebut menilai riya’, pamer dan hal negatif lainnya. Tapi hal tersebut tidak menyurutkan langkah Dahlia dan relawan GF Solo untuk terus berbagi dan menularkan kebaikan lewat media sosial. “Selama itu untuk mengajak kebaikan dan syiar agama, terserah orang melihat dari sudut pandang mana yang penting niat kita,” pungkasnya. (Yasinta)


SHARE THIS

0 Comments: