Kamis, 27 Maret 2014

Kartini Tangguh dari Jurug

Dok.VISI/Fatma. JALANKAN TUGASSri Mulyani tampak berpose
di area parkir Taman Jurug, Selasa (18/3). Profesi sebagai
tukang parkir wanita dijalani sejak 20 tahun lalu tanpa kenal
rasa lelah ataupun bosan.
Mentari pagi perlahan bergerak meninggi saat sosok kartini Taman Jurug mulai meniupkan peluitnya sembari berjalan mengarahkan mobil putih yang akan menempati area parkir. Tanpa pelindung kepala atau baju berlengan panjang, Sri Mulyani nampak terus menyunggingkan senyum mengomandoi mobil-mobil dan bus yang bergantian memasuki area parkir.

Mbak Sri begitu ia kerap disapa, memulai profesi sebagai tukang parkir wanita 20 tahun yang lalu. Tak pernah terlintas dalam benaknya untuk menekuni profesi ini sebelumnya. “Dulu itu awalnya saya merantau dari Semarang bersama anak saya, mbak. Saya janda beranak satu dan pengangguran, jadi ya awalnya saya kerja apa aja mbak yang penting halal,” ujar Sri Mulyani ketika ditemui di Taman Jurug (18/3).
Menjadi orang tua tunggal di usia muda memang tidak mudah baginya, ia harus membanting tulang menghidupi anak semata wayangnya. Mulai dari kuli serabutan, membantu berjualan, tukang dorong gerobak, sampai pemulung botol minuman pernah dijalani sosok wanita yang kini berusia 49 tahun tersebut.

“Menjadi tukang parkir disini lebih senang mbak,dibanding kerja-kerja saya yang dulu. Saya senang lah pokoknya disini,” jelasnya sembari tersenyum.

Wanita yang kerap berpakaian kasual ini mengaku bahagia menjalani profesinya sebagai tukang parkir, meskipun penghasilan yang didapat tidaklah besar. “Biasanya itu dapat uang parkir sehari dipotong kantor pusat sebesar 20 persen, sisanya dibagi sama rata antara saya dengan kantor Jurug. Ya maksimal sehari 40-50 ribu-an, mbak,” tuturnya.

Berpenghasilan rendah, tak lantas membuat Sri Mulyani gentar menyekolahkan anaknya. Dengan biaya seadanya, ia mampu memberikan pendidikan layak bagi anaknya meskipun mereka harus tinggal di warung kecil milik saudara mereka yang terletak di pinggiran Taman Jurug.

“Saya sama anak saya dulu ya ikut saudara tinggal di warungnya, mbak, sambil bantu-bantu. Kalau sekarang saya sudah kos di daerah Petoran”, tuturnya. Ketika ditanya mengenai suka-duka yang dialami, Sri Mulyani hanya bisa tersenyum dan bercerita bahwa Ia selalu bahagia dan bersyukur dengan jalan hidupnya saat ini. “Kuncinya itu bersyukur mbak, saya dapat 10 ribu atau 20 ribu tetep senang,” tambahnya.

Prinsipnya yang hebat mengenai rezeki membuatnya tidak pernah merasa sedih, kecewa, ataupun berduka atas kehidupannya itu. “Selama ini saya tidak pernah mengeluh ataupun susah, malah saya sering membantu tetangga-tetangga saya,” jelasnya. Karena kecintaan terhadap profesinya, Sri Mulyani bahkan tidak rela melepas pekerjaannya tersebut meskipun anaknya sudah memintanya berhenti menjadi tukang parkir. Bahkan ia berniat untuk menekuni profesinya itu hingga usia senja. “Wah kalau saya masih diberi kesehatan, saya pengen disini sampai tua,” pungkasnya. (Fatma)


SHARE THIS

0 Comments: