Jumat, 29 November 2013

Memajukan Film dan Moral Bangsa dengan Film yang Edukatif


Oleh: Latifatul Jannah

Dok. Internet
            Jelang ajang penganugerahan Festifal Film Indonesia (FFI) tahun 2013 pada Desember mendatang, pihak penyelenggara FFI melakukan serangkaian roadshow di beberapa kota di Jawa Tengah. Solo, terpilih sebagai salah satu kota tujuan roadshow mereka dan FISIP UNS menjadi lokasi diadakannya acara roadshow tersebut.  Roadshow yang bertajuk “ Bersama Kita Bisa Majukan Film Indonesia” ini disambut langsung oleh ketua bidang acara Akhlis Suryapatih. Dalam sambutannya itu, Akhlis menyampaikan kepada semua hadirin agar mencintai film-film Indonesia, karena film merupakan suatu bentuk budaya yang juga harus dicintai dan dilestarikan. Mengajak untuk mencintai saja menurut saya tidak cukup. Seharusnya, para sineas film ini juga memikirkan apakah filmnya sudah layak untuk dicintai atau dikonsumsi seluruh warga Indonesia. Dalam sesi tanya jawab pada roadshow yang diselenggarakan pada selasa (19/11) kemarin itu, terdapat pertanyaan yang “menggelitik”. Seorang mahasiswi dari FISIP UNS bertanya tentang marakknya film horor “tanda kutip” yang ada Indonesia. Banyak warga yang tidak menyukai film semacam ini namun masih saja dipertahankan dengan alasan ekonomi. 

            Film adalah salah satu bentuk media massa, yang mana semua media massa mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi masyarakat dalam skala yang massal. Kemudian jika para sineas ini masih terus beranggapan bahwa alasan ekonomi tidak mampu memberantas film “tanda kutip” maka banyak warga juga akan terpengaruh dengan film tersebut terus menerus. Jikalau produsen menganggap film yang laku dipasaran adalah film yang demikian, kenapa mereka tidak berpikir bahwa mereka juga bisa mengubah selera pasar.  Saat ini Indonesia sedang mengalami krisis moral yang bisa kita lihat faktanya dengan makin banyaknya kasus korupsi, kasus pelecehan seksual, kasus pembunuhan, perampokan dan masih banyak lainnya. Media massa, seperti televisi dan film adalah yang paling banyak dikonsumsi warga Indonesia dan memiliki peran penting dalam mengkonstruksi pemikiran orang yang menonton acaranya. Jika mereka terus menerus menyiarkan hal-hal yang buruk kepada masyarakat, maka masyarakatpun akan jenuh kemudian apatis dan menganggap hal-hal yang buruk menjadi suatu kemakluman atau kelumrahan. 

            Masyarakat Indonesia sekarang ini perlu tayangan yang berkualitas, memiliki pesan-pesan positif, bukannya menjual gosip, humor kekerasan dan adegan vulgar. Jika sudah tidak bisa mengubah pemikiran orang dewasa, maka pemikiran generasi selanjutnyalah yang harus kita jaga. Sekarang ini saja tayangan khusus anak-anak amat sangat sedikit untuk ditemukan di semua stasiun televisi. Lalu, dimanakah anak-anak ini seharusnya berada jika semua yang ditayangkan tidak memberikan ruang untuk anak-anak. 

            Film sangat cocok untuk dijadikan education media atau media pembelajaran untuk anak-anak. Ingat kembali bahwa film merupakan media massa yang memiliki kekuatan yang signifikan untuk mengkonstruksi realitas sosial. Film terdiri dari berbagai unsur seperti teknologi dan seni. Perkembangan film sangat tergantung dari bagaimana masyarakat di suatu daerah atau negara mengembangkan teknologi dan kesenian mereka serta memiliki pengaruh sangat besar dalam memberikan hiburan, edukasi, serta mempengaruhi masyarakat. Setiap pembuat film pasti bertujuan bahwa dan memiliki harapan agar pemirsanya dapat pemirsa memperoleh acuan dari nilai dan citra pesan yang ada dalam film tersebut. Dengan demikian film begitu penting dalam kehidupan sosiokultural pemirsa atau penonton, karena tanpa disadari penonton menyesuaikan dirinya dengan apa yang dilihatnya pada film tersebut, sehingga film berfungsi sebagai acuan nilai-nilai bagi para penontonnya.

            Berangkat dari penjelasan diatas, maka saya berharap bahwa para sineas perfilman Indonesia mau mengubah pasar perfilman Indonesia dengan film-film yang lebih berkualitas, mendidik (edukatif) dan mengandung pesan moral serta meningkatkan nasionalisme. Hal ini perlu karena melihat keadaan Indonesia pada masa sekarang sedang dalam keadaan yang buruk dari segi moral terutamanya. Dengan menyajikan film-film yang baik dari segi pesan, cerita dan penggarapannya, maka film tersebut tidak hanya menjadi hiburan tetapi juga bermanfaat untuk masyarakat dan bangsa Idonesia. Karena pendidikan itu bisa dilakukan tidak hanya disekolah formal saja, dunia hiburan juga bisa  menjadi sarana pendidikan, yaitu melalui penyampaian informasi yang positif misalnya mengenai cinta kasih, persahabatan, kebersamaan dan semangat. Semoga kedepannya akan sering muncul film-film Indonesia yang berkualitas dengan pesan dan cerita yang tidak hanya menghibur tapi juga meng-edukasi.

SHARE THIS

0 Comments: